Menuju Digital Banking, Permata Bank Ubah Proses yang Tidak Perlu Jadi Lebih Mudah dan Simpel

Danis Samagan, Head eChannel Business & Payment Solution & UORM Bank Permata, mengatakan bahwa Bank Permata menuju digital banking

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Suasana saat Danis Samagan, Head eChannel Business & Payment Solution & UORM Permata Bank, menjelaskan di depan media dalam sesi ‘Digital Banking’ pada Sekolah Jurnalisme AJI di Denpasar, Jumat (19/10/2018). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Danis Samagan, Head eChannel Business & Payment Solution & UORM Permata Bank, mengatakan bahwa Permata Bank kini menuju digital banking.

Ia menjelaskan, Permata Bank adalah bank nomor satu untuk kategori Buku III, yang telah melakukan digital transaksi.

“Tujuannya selain efisiensi, juga untuk mendukung cashless,” jelasnya dalam sesi ‘Digital Banking’ pada Sekolah Jurnalisme AJI di Denpasar, Jumat (19/10/2018).

Hal ini dibuktikan dengan total transaksi hingga Agustus 2018 (ytd) di Permata Bank sebanyak 95 persen adalah melalui digital channel seperti mobile banking, internet banking, dan ATM.

“Hanya 5 persen saja yang dilakukan oleh nasabah ke cabang,” sebutnya.

Kemudian untuk pertumbuhan total transaksi hingga Agustus 2018 (ytd), tumbuh 15 persen pada digital channels dan bahkan turun 10 persen untuk transaksi di bank.

“Jadi kalau melihat angka ini, sekilias tren-nya Permata Bank ke arah digital,” tegasnya.

Salah satu cara yang dilakukan untuk menuju proses digital banking adalah menghilangkan proses yang tidak perlu menjadi lebih simpel dan mudah.

“Mulai dri proses pembukaan rekening sampai pembukuan di back office,” katanya.

Lanjutnya, Permata Bank melakukan ini karena dewasa ini digitalisasi adalah keniscayaan.

Berdasarkan datanya, Indonesia e-Commerce market size sejak 2015 hingga 2019 terus bertumbuh.

Jika pada 2015 hanya 1.350 milions dolar, maka pada 2018 menjadi 2.950 milions dolar.

Kemudian diperkirakan pada 2019 menjadi 3.800 milions dolar.

“Yang mendukung pertumbuhan adalah demographic profile, pertumbuhan ekonomi yang kuat, teknologi yang tinggi, dan local players,” jelasnya.

Sementara penghambatnya, kurangnya infrastruktur domestik, banyaknya unbanked, rendahnya adopsi pembayaran non tunai, kompetensi teknologi  yang rendah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved