Fenomena Turis China di Bali Terbanyak Jumlahnya, Tapi Paling Sedikit Belanjanya
Hasil survei Kantor Perwakilan BIBali pada 2018 menunjukkan, tingkat pengeluaran turis China di Bali ternyata yang paling rendah
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mencatat, ada peningkatan signifikan jumlah turis China ke Bali dalam beberapa tahun terakhir, persisnya selama periode 2010-2017.
Rata-rata pertumbuhan kunjungan turis China ke berbagai negara di seluruh dunia (global) mencapai 13,30 persen.
Namun, rata-rata pertumbuhan kedatangan turis China ke Indonesia (termasuk Bali) lebih tinggi dibanding rata-rata global itu.
Yakni 28,50 persen.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Causa Iman Karana mengatakan, meskipun turis China membanjiri Bali, terdapat permasalahan terkait penerimaan devisa yang didapat oleh negara dari kunjungan turis China ini.
Rata-rata pengeluaran wisatawan China masih lebih rendah dibanding wisatawan negara-negara lain.
“Di Bali, rata-rata pengeluaran wisatawan China sebesar Rp 9,66 juta, lebih rendah dibanding rata-rata pengeluaran wisatawan Australia, Eropa, dan Jepang,” kata Causa beberapa waktu lalu.
Hasil survei Kantor Perwakilan BIBali pada 2018 menunjukkan, tingkat pengeluaran turis China di Bali ternyata yang paling rendah dibandingkan turis dari Jepang, AS, dan Eropa.
Pengeluaran turis China di Indonesia rata-rata hanya sebesar 965 dolar AS (sekitar Rp 9,66 juta) per orang untuk sekali kunjungan.
Itu lebih rendah dibanding pengeluaran turis China di Thailand yang sebesar 2.026 dolar AS per orang untuk sekali kunjungan pada 2017.
Pengeluaran turis China itu juga di bawah rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia yang sebesar 1.170 dolar AS per orang.
Pengeluaran turis Jepang di Bali sekitar Rp11,19 juta per orang, turis Eropa Rp15,7 juta per orang, dan turis Australia Rp13,4 juta per orang.
ini menyebabkan adanya lost opportunity sekitar 205 dolar AS per wisman.
Jika potensi tersebut dikalikan total wisman China yang datang ke Indonesia sepanjang periode 2014-2017, maka total lost opportunity akan mencapai 260 juta dolar AS.
Salah satu penyebab tidak optimalnya penerimaan devisa negara dari kedatangan turis China adalah adanya praktek pemasaran ‘Zero Dollar Tour’ yang ditawarkan oleh agen perjalanan wisata.