Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh di Kawasan Kuburan Kapal-kapal Karam, Ini Penjelasan Lengkapnya
Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh di Kawasan Kuburan Kapal-kapal Karam, Ini Penjelasan Lengkapnya
TRIBUN-BALI.COM, BANDUNG - Lokasi jatuhnya pesawat dengan Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 pada Senin (29/10), di perairan Karawang atau di Laut Jawa, berada tepat di kawasan kuburan kapal-kapal karam yang membawa muatan cagar budaya.
Tidak hanya kapal-kapal berusia ratusan tahun bahkan kapal-kapal yang tenggelam era modern pun karam di perairan tersebut.
Di beberapa tempat sempat ada penemuan benda-benda cagar budaya tersebut.
Baca: Gubernur Koster: Bali Tidak Lagi Menjadi Pulau Surga, Sekarang Disindir Pulau Neraka Karena Ini
"Salah satu yang sempat ada penemuan benda cagar budaya itu di perairan Cilamaya. Saat itu warga menemukan benda-benda berupa koin emas diduga peninggalan kongi dagang pemerintah kolonial, Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) guci-guci peninggalan Cina hingga jangkar berusia ratusan tahun," kata Sekretaris Dinas Perikanan, Sari Nurmiasih via ponselnya, Kamis (1/11/2018).
Pada keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun lalu, menyebutkan benda-benda cagar budaya merupakan barang muatan kapal karam (BMKT) yang tersebar di 463 tiik di perairan Indonesia mulai dari Kepulauan Riau, Selat Karimata, Perairan Bangka Belitung hingga Laut Jawa.
Baca: Sebelum Jatuh, Lion Air JT 610 Terbang dengan Speed 340, Pilot Senior: Itu Tak Masuk Akal
Sebaran kapal tenggelam tersebut umumnya membawa komoditi dan barang dari Cina, Asia Barat dan Eropa.
Seperti Belanda (VOC), Inggris hingga Spanyol.
Dalam keterangan resminya itu, KKP menyebut setiap lokasi BMKT memiliki sisi ekonomi bernilai antara 80 Ribu - 18 juta US Dollar.
Baca: Gubernur Koster: Balian Akan Dibuatkan Loket Khusus di Rumah Sakit, Obati Gunakan Mantra
"Secara umum memang di Laut Jawa termasuk perairan Karawang merupakan satu kawasan BMKT. Termasuk di kawasan perairan Tanjung Pakis (lokasi jatuhnya pesawat Lion Air) juga wilayah BMKT. Cuma memang sejauh ini baru ditemukan di Tangkolak Desa Sukakerta Kecamatan Cilamaya," ujar dia.
Jauh sebelum pemerintah pusat membuat siste BMKT, kata sari, warga di utara Karawang kerap menemukan benda-benda cagar budaya.
"Sebelum ada aturan seperti ini, dulu warga di utara Karawang kerap menemukan koin-koin emas VOC hingga benda-benda antik seperti potongan guci hingga keramik, semuanya dijual per kilo. Padahal itu memiliki nilai tinggi," kata dia.
Okih Hermawan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Karawang menambahkan sejumlah barang temuan di perairan Karawang oleh warga saat ini sudah diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Untuk sementara disana dulu karena di kami belum ada galeri untuk penyimpanan koleksi tersebut. Nah sekarang dalam tahapan untuk membangun galeri tersebut yang dikoordinasikan dengan Dinas Pariwisata Pemprov Jabar," ujar dia.
Pernyataan-pernyataan itu jadi beralasan saat dikaitkan dengan upaya pencarian pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang tenggelam di perairan Karawang pada Senin (29/10).
Pada pencarian hari ke-3, Tim SAR mendeteksi benda mirip badan pesawat Lion Air.
Namun, saat dilakukan penyelaman, yang ditemukan justru sebuah kapal kayu yang karam hingga rangka kapal yang sudah usang.
Informasi yang dihimpun, pengangkatan BMKT sempat dilakukan di perairan Karawang pada 2008 oleh PT Paradigma Sejahtera, perairan Cirebon pada 2004 hingga perairan Kabupaten Subang.
Jenazah Korban Lion Air JT 610 Asal Sidoarjo Tiba di Rumah, Sang Ibu Pingsan Sampai Lihat Anaknya
Isak tangis menghiasi kedatangan jenazah Jannatun Cintya Dewi, korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, di rumah duka Dusun Prumpon, Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Kamis (1/11/2018).
Bahkan, ibu almarhum terlihat pingsan dan harus dibopong oleh familinya.
Dia seperti tidak kuat menahan kesedihan melihat anak pertamanya pulang dalam keadaan terbungkus peti jenazah.
Sementara suara tahlil terus bergema menyambut kedatangan jenazah anak pertama dari dua bersaudara itu.
Sejumlah kerabat terlihat menitikkan air mata sambil terus bertahlil.
Jannatun Cintya Dewi adalah korban pertama yang berhasil diidentifikasi tim DVI Polri. Jenazah almarhum dipulangkan ke Sidoarjo. Sekira pukul 07.30 WIB ambulan pengangkut jenazah tiba di rumah duka.
Dua orangtua almarhum, Bambang Supriyadi (48) dan Sutiyem (45), juga datang bersama rombongan pengangkut korban.
Sejak Senin lalu, pasutri tersebut memang ke Jakarta setelah mendapat kabar anaknya menjadi korban kecelakaan pesawat ini.
Mereka pulang ke Sidoarjo bersama rombongan pengangkut jenazah anaknya.
Nah, saat turun dari mobil, Sutiyem yang terus menangis itu mendadak lemas. Dia pun harus digotong masuk ke dalam rumah.
Ratusan famili, kerabat, teman dan para tetangga almarhum terlihat berkerumun di rumah duka sejak pagi.
Mereka terus mengumandangkan tahlil menyambut kedatangan almarhum.
Setelah beberapa saat di rumah duka, jenazah korban lantas dibawa ke Masjid Al-Hidayah untuk disalatkan, kemudian dimakamkan di tempat pemakaman umum desa setempat.
Sejumlah pejabat dan pegawai Kementerian ESDM juga terlihat ikut dalam proses pemakaman bersama ratusan kerabat dan tetangga almarhumah.
Setelah proses pemakaman, ayah almarhumah dan adiknya terlihat berdoa sambil menangis di atas makam Yayas, penggilan Jannatun Cintya Dewi.
Demikian halnya para famili dan rekan-rekannya.
Korban dapat kenaikan pangkat
Korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 asal Sidoarjo, Jannatun Cintya Dewi mendapat kenaikan pangkat dari tempatnya bekerja, Dirjen Migas Kementrian ESDM.
Kenaikan pangkat itu dibacakan perwakilan Kementrian ESDM, Mukti Winarto, dalam prosesi pemakaman di tempat pemakaman umum Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo, Kamis (1/1/2018).
Mengawali sambutannya, Mukti Winarto membacakan daftar riwayat hidup singkat almarhumah. Anak pertama dari dua bersaudara itu lahir di Sidoarjo 12 September 1994.
"Pangkat terkahir di Dirjen Migas Kementrian ESDM adalah Penata Muda IIIA. Dan almaehumah mendapat kenaikan pangkat anumerta. Jabatan terkahir sebagai analis kebijakan hilir migas Dirjen Migas Kementrian ESDM," ujarnya di hadapan ratusan petakziah yang turut mengantarkan pemakaman korban.
Kemudian, sambutan dilanjutkan oleh Endang Sutisna, Kaur Umum Kementrian ESDM.
Mewakili kementrian, pria dengan baju serba hitam itu menyampaikan bela sungkawa dan duka teramat dalam atas peristiwa ini.
"Almarhumah merupakan salah satu putri terbaik di Dirjen Migas. Dia terkenal dengan kecerdasannya, tanggungjawab dan loyalitasnya dalam menjalankan tugas," kata Endang.
Jannatun Cintya Dewi adalah korban pertama kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang berhasil diidentifikasi.
Jenazahnya sudah dipulangkan ke rumah duka dan telah dimakamkan di tempat pemakaman umum desa setempat.
Staf di Dirjen Migas Kementrian ESDM ini adalah anak pertama pasangan suami istri Bambang Supriyadi (48) dan Surtiyem (45) warga Dusun Prumpon, Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo.
Sarjana teknik kimia ITS Surabaya itu sudah bekerja di Jakarta sejak dua tahun.
Terakhir dia pulang sekitar satu bulan lalu, sampai ada kabar bahwa gadis 24 tahun yang akrab dipanggil Yayas ini ikut menjadi korban kecelakaan pesawat di perairan Karawang, Jawa Barat.(men)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Lokasi Jatuh Pesawat Lion Air Berada di tengah Kawasan "Kuburan" Benda Cagar Budaya