Cerita Orang yang Pernah Berkomunikasi dengan Suku Sentinel ‘Isyarat Dia Akan Memotong Kepala Saya’

Pandit telah mengunjungi komunitas suku terasing yang mendiami pulau terpencil itu selama beberapa dekade.

Editor: Eviera Paramita Sandi
TN Pandit
Antropolog India TN Pandit memberikan hadiah kepala pada orang terasing Sentinel Utara yang membunuh John Allen Chau 

Pandit pertama kali mengunjungi pulau Sentinel Utara, yang hanya dihuni suku yang terisolasi, pada 1967 bersama kelompok ekspedisi.

Awalnya orang-orang Sentinel bersembunyi di hutan saat ada orang asing tiba, tetapi dalam perjalanan selanjutnya mereka menghadapinya dengan melepaskan anak panah.

Dia mengatakan selama perjalanan ke pulau itu para antropolog membawa sejumlah barang pilihan sebagai cara untuk memudahkan interaksi dengan suku terasing itu.

"Kami membawa hadiah panci dan wajan, kelapa, alat-alat besi seperti palu dan pisau panjang. Kami juga menyertakan orang Onge (suku lokal lain) untuk membantu kami "menafsirkan" percakapan dan perilaku orang-orang Sentinel," ujar Pandit, mengenang kunjungannya ke pulau terasing di Lautan Hindia itu.

"Namun orang-orang Sentinel menghadapi kami dengan wajah marah dan suram, serta bersenjata lengkap seperti busur dan panah panjang mereka, semuanya siap mempertahankan tanah mereka," paparnya.

Meskipun sedikit membuahkan hasil, mereka memberikan hadiah di akhir kunjungan dengan harapan dapat membangun hubungan dengan komunitas misterius tersebut.

Salah-satu contoh, kelompok suku terasing itu menolak mentah-mentah saat disodori hadiah seekor babi yang masih hidup. Mereka langsung memanahnya dan menguburnya di pasir.

Suku Sentinel yang dikenal tertutup dan enggan berkomunikasi dengan orang asing.
Suku Sentinel yang dikenal tertutup dan enggan berkomunikasi dengan orang asing. (Kolase/twitter@respectablelawyer)

Membuka kontak

Setelah beberapa kali melakukan ekspedisi untuk mencoba menjalin kontak dengan mereka, hasilnya untuk pertama kalinya terlihat pada 1991 ketika suku tersebut secara damai meninggalkan pulau dan mendekati rombongan Pandit yang masih berada di perairan.

"Kami bingung mengapa mereka mengizinkan kami," ungkapnya.

"Itu adalah keputusan mereka untuk menemui kami dan pertemuan itu bisa terjadi dengan syarat seperti yang mereka tuntut ."

"Kami melompat keluar dari perahu dan berdiri di dalam air setinggi leher, lalu membagikan kelapa dan hadiah lainnya. Tapi kami tidak diizinkan untuk melangkah ke pulau mereka."

Pandit mengatakan dia tidak terlalu khawatir kemungkinan diserang, tetapi dia mengaku selalu berhati-hati saat berada di dekatnya.

Dia mengatakan anggota tim mencoba berkomunikasi dalam bahasa isyarat, tetapi tidak berhasil karena orang-orang Sentinel itu sebagian besar sibuk dengan hadiah yang diterimanya.

"Mereka berbicara di antara mereka sendiri, tetapi kami tidak bisa memahami bahasanya. Kedengarannya mirip dengan bahasa yang diucapkan oleh kelompok suku lainnya di wilayah itu," kata Pandit.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved