Gempa Bumi Lombok
Kondisi Krama Bali di Pemenang Pascagempa Lombok (2-habis) - Huni Gasebo, Pura Banjar Belum Dibangun
Suasana tampak sunyi ketika memasuki Banjar Rojang Karya Laksana Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat
Penulis: Kambali | Editor: Irma Budiarti
Waktu itu, ia ikut lari dan mengungsi bersama warga lain.
“Kami lari, dan semua anggota keluarga selamat,” kata ibu perawat yang sehari-hari dinas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Lombok Utara ini.
Sehari usai gempa dahsyat itu, Rumini langsung memutuskan kembali ke rumah sakit.
Ia bersama perawat lainnya dan relawan membantu warga yang menjadi korban.
Baca: Pedagang di Kota Denpasar Wajib Punya Rekening BPD Karena Ini
Baca: Memasuki Usia 20-an Jangan Konsumtif, Perhatikan 2 Hal Perencanaan Keuangan Ini!
Sementara itu, setelah melewati rumah Rumini tampak sejumlah krama bergotong royong.
Terlihat ada yang membersihkan puing-puing material dan ada juga yang menata atap dari seng.
Di situlah tempat bale banjar dan pura krama Banjar Rojang Karya Laksana.
Namun kondisinya sekarang hancur akibat gempa.
Bale banjar tersebut sebenarnya sudah 90 persen selesai dibangun kembali, bahkan rencananya akan segera dimelaspas.
Pembangunan banjar pun menghabiskan dana Rp 100 juta-an lebih, dan dana bersumber dari swadaya murni dari masyarakat.
“Kami gotong royong, membuat tempat pesamuan saja, meskipun sangat sederhana saja. Pura hancur, pembangunan sebenarnya sudah 90 persen dan rencananya akan dimelaspas,” ungkap Kelian Banjar Rojang Karya Laksana, Nengah Astawa Gunawan (52).
Baca: Golkar Klaim Kasus Sudikerta Tak Berpengaruh Terhadap Elektabilitas Partai dalam Pileg 2019
Baca: Semua Kecewa dengan Aksi Fans, EP: Waktu Masih Tersisa 8 Menit Kok Diakhiri
Warga banjar, kata dia, banyak melakukan kegiatan di pura tersebut sebelum gempa.
Antara lain seperti upacara pada kliwon, purnama dan lain-lain.
Kini krama membuat tempat pesamuan meskipun sangat sederhana.
“Untuk membangun kembali bangunan pura, kami belum bisa. Kami tunda dulu. Sementara kami menunggu ekonomi sehat lebih dulu. karena banyak krama yang mengganggur setelah gempa itu,” ujar pria yang sehari-hari dinas di Balai Taman Nasional Gunung Rinjani ini.
Menurutnya, jumlah krama yang tinggal di banjar sebanyak 37 KK.
Sebanyak 50 persen bergerak di bidang pariwisata, usaha perdagangan, dan dinas di berbagai instansi.
“Sementara ini pemulihan mental dulu, karena kondisi seperti ini. Satu bulan sekali, saat purnama kita mengumpul untuk membangkitkan kembali,” tandas pria asal Desa Angantiga, Kabupaten Karangasem ini.(*)