Ini Penampakan Awan Cumulonimbus dari Jarak Dekat di Langit Makassar, Paling Ditakuti Para Pilot
awan cumulonimbus tersebut disertai hujan deras, petir dan angin kencang. Awan berbentuk gelombang tsunami itu muncul pada Selasa (1/1/2019) sore.
Cumulonimbus berasal dari bahasa Latin, "cumulus" berarti terakumulasi dan "nimbus" berarti hujan.
Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer.
Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall.
Awan ini menciptakan petir melalui jantung awan. Awan kumulonimbus terbentuk dari awan cumulus (terutama dari cumulus kongestus) dan dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar dengan keunikan tersendiri.
Awan cumulonimbus selama ini menjadi awan yang paling ditakuti para pilot.
Pilot Garuda Pernah Rasakan Kengerian
Mengapa? Awan ini bisa menyebabkan turbulensi yang sangat dahsyat. Bahkan, awan CB semacam ini disinyalir menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, 29 Desember 2014.
Pilot Senior Garuda Indonesia Kapten Abdul Rozaq punya pengalaman tersendiri dengan awan yang cukup membahayakan.
Dalam wawancaranya di Breaking News tvOne, Minggu, 4 Januari 2015, Kapten Abdul Rozaq mengaku menjadi saksi kekuatan awan CB.
Pesawat Garuda Indonesia yang dia kemudikan terjebak dalam awan CB.
"Kejadiannya pada Januari 2002. Pesawat saya langsung masuk awan CB di ketinggian 32 ribu kaki. Tidak sampai 3 menit, kedua mesin pesawat langsung mati," ujarnya.
Abdul menceritakan, turbulensi yang dialami pesawatnya sangatlah dahsyat. Goncangan datang dari sisi kiri, kanan, depan dan belakang pesawat.
Bagi para penumpang, pesawat bagaikan terbanting-banting dalam awan.
"Itulah yang menyebabkan mesin pesawat mati, karena tidak kuat menahan goncangan," katanya.
Abdul sigap melakukan pendaratan darurat. Karena komunikasi dalam pesawat mati, dia berkomunikasi secara manual dengan awak kabin untuk mempersiapkan penumpang.