Serba Serbi

Padewasan Ayu Nulus, Hari Baik Melakukan Pekerjaan dan Upacara Panca Yadnya

Padewasan Ayu Nulus ketetapannya berkaitan dengan Saptawara dan Tithi atau padewasan berdasarkan peredaran bulan (candra pralingga)

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Putu Supartika
Ilustrasi. Foto tidak terkait berita. Hari ini, Kamis (10/1/2019), terdapat Ayu Nulus. Lalu bagaimana mengenai kehadiran dari padewasan Ayu Nulus berdasarkan ala ayuning dewasanya? 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berdasarkan kalender Bali yang disusun oleh Alm. I Ketut Bangbang Gede Rawi dan putra-putrinya, terdapat Ayu Nulus pada hari ini, Kamis (10/1/2019).

Dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi yang ditulis oleh Ida Bagus Putra Manik Ariana dan Ida Bagus Budayoga dijelaskan mengenai kehadiran dari padewasan Ayu Nulus tersebut.

Padewasan Ayu Nulus ketetapannya berkaitan dengan Saptawara dan Tithi atau padewasan berdasarkan peredaran bulan (candra pralingga).

Kehadiran padewasan Ayu Nulus baik untuk melakukan pekerjaan dan upacara Panca Yadnya.

Ketetapan Ayu Nulus yakni pada Redite pananggal 6, Soma pananggal 3, Anggara pananggal 7, Budha pananggal 12 dan 13 serta Saniscara pananggal 5.

Dalam susunan kalender Bali memang dikenal istilah ala ayuning dewasa yang berarti baik-buruknya suatu hari dalam melakukan aktivitas atau kegiatan tertentu.

Dewasa atau padewasan yang biasa disebut ilmu wariga ini, seperti yang dijelaskan dalam buku Ala Ayuning Dewasa Ketut Bambang Gede Rawi tersebut adalah cara untuk mengidentifikasi hari yang baik dan hari yang jelek (buruk).

"Jelasnya (padewasan itu adalah) pengetahuan untuk menentukan hari baik dan hari jelek," tulisnya lagi.

Cakupan mengenai ala ayuning dewasa ini sangatlah luas dengan menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia melalui perhitungan parameter tertentu.

Perhitungan yang dimaksud berupa pawintangan yang ditetapkan berdasarkan letak bintang dalam mengelilingi matahari; sasih yang berhubungan dengan penentuan musim berdasarkan peredaran gerak semu matahari dan juga bulan yang mengelilingi bumi; dan wuku tentang ilmu ruas-ruas kumpulan binatang tertentu yang berporos di bumi.

Selain itu, juga berpedoman pada wawaran yakni tentang nama-nama hari dan dedaunan yang dipakai sebagai ilmu pembagian waktu dalam satu hari.

Tidak hanya sekadar hari baik, padewasan ini juga biasanya terdapat pantangan atau larangan.

Menurut Ida Pandita Empu Yogiswara di Griya Manik Uma Jati, dalam ala ayuning dewasa ini memang tidak terlepas dari adanya wariga-wariga seperti wuku, ingkel dan di dalamnya terdapat larangan-larangan.

Ida Pandita pun menjelaskan bahwa ala ayuning dewasa ini juga tidak terlepas dari adanya ala ayuning dina (hari), ala ayuning sasih (bulan) dan ada ala ayuning nyet (pikiran).

Jadinya, meski ada larangan-larangan namun jika pelaksana kegiatan memiliki pemikiran yang positif maka hal tersebut boleh dilakukan.

"Sekarang ada ala ayuning nyet. Nyet itu pikiran. Kalau kita memang pikiran itu hening dan tidak akan kena apapun yang namanya musibah itu, itu boleh karena kita yakin," jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved