Bangunan Angker Taman Festival Bali di Padang Galak Disulap Jadi Area Custom War Selama 2 Hari
Nuansa angker Taman Festival Bali di Pantai Padang Galak, Denpasar, Bali tak menjadi soal bagi komunitas motor custom culture, Naskleng 13 (NK13).
Penulis: eurazmy | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Nuansa angker Taman Festival Bali di Pantai Padang Galak, Denpasar, Bali tak menjadi soal bagi komunitas motor custom culture, Naskleng 13 (NK13).
Komunitas pegiat motor custom terbesar di Bali ini menyulap gedung bangunan tua di sana menjadi ajang kreativitas anak muda menghelat acara showcase bertajuk 'Custom War' selama dua hari penuh, 11-12 Januari 2019.
Hasilnya, "Pecah!" ujar salah satu pengunjung, Rizki Herlambang Putra (23) asal Jakarta.
Menurut Rizki, pemilihan tempat gelaran Custom War 2019 di Bali cukup merepresentasikan dunia motor custom culture.
Selain menjadi ajang bertemunya builder-builder canggih dari berbagai daerah, hasil motor modifikasi yang dipamerkan juga canggih-canggih.
"Ya semoga acaranya dua tahun mendatang bisa lebih gila lagi. Pecah deh pecah, Keren!" tuturnya.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pemilihan tempat gelaran acara yang berlangsung selama dua tahun sekali ini memang sangat spesial.
Panitia Acara Custom War 2019, Nesa Wijaya mengatakan, Custom War tahun ini terbilang spesial utamanya dari aspek tempat.
Taman Festival Bali merupakan area rekreasi di Denpasar yang terbengkalai sejak tahun 2000.
Seiring waktu, area seluas 8,9 hektare ini akhirnya lebih dikenal oleh masyarakat umum sebagai lokasi ‘mistis’.
Panitia melakukan pembersihan area (secara fisik bangunan dan spiritual) sejak November 2018.
Sebanyak 200 motor cadas ini tampak serasi berjajar dengan latar belakang arsitektur bangunan tua yang terbengkalai sejak tahun 2000 ini.
“Secara arsitektur tempat ini punya keunikan dan arsitektur sendiri. Dengan kondisi yang terbengkalai tempat ini justru memberikan nilai lebih tersendiri. Sangat representatif bagi penggelut dunia costum culture," ujarnya ditemui Tribun Bali di sela acara kontes, Jumat (11/1/2019).
Selain faktor tempat, Custom War tahun ini dimeriahkan para builder maupun penikmat dari berbagai daerah bahkan luar negeri, seperti Max Schaaf, skateboarder dan chopper builder dari Amerika Serikat; Yaniv Evan dari Powerplant Motorcycle, Amerika Serikat; Cristian Sosa, builder dan metal shaper dari Las Vegas, dan juga beberapa tamu undangan dari Jepang, Singapura, Malaysia.
"Dari dalam negeri juga kita mengundang lebih dari 20 builder lokal berbakat banyak dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya," terangnya.
Sebanyak 200 motor custom yang mengikuti kontes ini, kata dia, memiliki rentang harga kisaran Rp 15 hingga 100 juta tergantung jenis motornya.
Ratusan motor ini dihadirkan di 4 stage yang terdiri dari Main Stage, Dome Stage, Announcement Stage.
Yang juga spesial pada Custom War tahun ini, kata Nesa, adalah akan ada pemberian piala penghargaan kepada motor custom favorit dari para peserta builder undangan.
Ini merupakan salah satu bentuk apresiasi antara sesama builder yang sudah menghadirkan motor terbaik mereka.
"Jadi tidak ada juri, nanti pemberian penghargaan ini akan dinilai berdasarkan asas kesepakatan bersama," ujarnya.
Selain itu, para pengunjung yang hadir juga akan disuguhi oleh lebih dari 20 stand kuliner yang kali ini didominasi oleh kuliner khas Pulau Dewata.
Pada Custom War 2019 ini pihak panitia menghadiahkan 2 motor untuk para pengunjung yang beruntung yaitu 1 buah motor custom yang dibuat oleh salah satu builder Bali, Kedux Garage, dan 1 lagi satu buah sepeda motor Kawasaki.
Lebih lanjut, ini merupakan event kali ketiga sejak 2014 dan semakin menuai banyak animo.
Hingga hari pertama saja, 10 ribu pengunjung sudah mulai antusias mendatangi hajatan besar pegiat otomotif modern ini.
"Sesuai dengan pilihan tempat ini, kami menargetkan menjaring sebanyak 30 ribu pengunjung. Hari ini (kemarin, red) saja sudah ada kisaran 10 ribu," ungkapnya.
Secara konten acara, Custom War kali ini juga lebih beragam seperti kontes surfing, skate jam, hingga keterlibatan komunitas fotografi analog, tato, ilustrasi, die cast, action figure, clothing lokal, komunitas musisi independen Bali, kolektor musik hingga komunitas street art (mural). (*)