Jenazah Putranya Dikremasi Kemarin Malam, Cok Agusnawa: ‘jalan hidupnya memang seperti ini’
Istri mendiang, tampak terus menangis sembari memangku putra satu-satunya yang masih berumur di bawah satu tahun.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Ritual kremasi baru boleh dilakukan setelah berakhirnya piodalan di Pura Besakih.
Jika jasadnya dikubur, hal tersebut melanggar tradisi klan ksatria di Bali.
“Bingung saya soal kremasinya. Kalau dibakar tak boleh karena Bali sedang disengker serangkaian piodalan besar. Kalau ditanam juga tak boleh. Saya sempat berpikir dititipkan di rumah sakit, tapi itu akan menambah duka kami. Tapi untungnya, krematorium di Denpasar bersedia mengkremasi putra kami. Krematorium akan dilakukan pukul 20.00 Wita,” katanya.
Kremasi dilakukan Rabu (6/2/2019) kemarin malam.
Bupati Gianyar, Made Mahayastra mengucapkan bela sungkawa mendalam terhadap keluarga yang ditinggalkan.
Pihaknya juga mengaku kagum dengan ketabahan Cok Agusnawa.
“Kita turut berbela sungkawa, mengertilah orang yang ditinggal oleh seorang anak, yang baru punya anak. Saya lihat Cok Agusnawa sangat tabah, beliau tegar. Terkait perkerjaannya sebagai kepala dinas, kita biarkan dulu, kalau beliau sudah bisa bekerja seperti biasa, mari bekerja lagi,” ujarnya. (*)