Warga Menolak Diberi Beras Kualitas Jelek, Ratusan Ton Beras Bulog Kini Membusuk di Gudang

Sebanyak 300-an ton Beras bulog, kini membusuk di dalam gudang, di Kota Lewoleba, dekat Kantor Bupati Lembata, Kabupaten Lembata.

Editor: Rizki Laelani
POS-KUPANG.COM/Frans Krowin
PAKAN TERNAK - Beras rusak yang menumpuk di Gudang Bulog Lembata pada Kamis (21/2/2019). Sebanyak 300-an ton Beras bulog, kini membusuk di dalam gudang, di Kota Lewoleba, dekat Kantor Bupati Lembata, Kabupaten Lembata. 

Warga Menolak Dikasih Beras Kualitas Jelek, Ratusan Beras Bulog Kini Membusuk di Gudang

TRIBUN-BALI.COM, LEWOLEBA - Sebanyak 300-an ton Beras bulog, kini membusuk di dalam gudang, di Kota Lewoleba, dekat Kantor Bupati Lembata, Kabupaten Lembata.

Beras itu membusuk karena ditolak oleh masyarakat.

Masyarakat menolaknya karena kualitas beras sangat jelek sehingga lebih pantas dijadikan pakan ternak.

Informasi yang dihimpun POS- KUPANG.COM (grup Tribun-Bali.com), menyebutkan beras bulog itu tiba di Lewoleba sekitar awal tahun 2018.

Beras yang dibawa dari Pelabuhan Larantuka itu merupakan pengadaan tahun 2017.

Baca: Senam AW S3 Siap Dideklarasikan menjadi Senam Masyarakat Bali

Baca: Mengintip Ujian Praktik 151 Siswa SMK PGRI 1 Denpasar, Libatkan Penguji dari Perusahaan

Baca: Kontroversi YT Disebut Bayar Rp 40 Juta, Keterangan di Mata Najwa Tak Masuk Logika

Setiba di Lewoleba, beras itu langsung disimpan di dalam gudang, seperti yang dilakukan selama ini.

Setelah beberapa saat disimpan di dalam gudang, beras tersebut lantas disalurkan ke desa-desa sebagai jatah beras untuk keluarga sejahtera (rastra).

Penyaluran rastra itu dilakukan saat musim hujan tahun 2018.

Namun, penyaluran beras itu menuai masalah.

Pasalnya, masyarakat dan pemerintah di Desa Banitobo dan Desa Lamalela menolaknya karena kondisi beras itu sangat jelek.

Masyarakat menyebutkan beras lebih cocok dijadikan sebagai pakan ternak karena kondisinya sudah hancur dan kotor.

Lantaran ditolak, sehingga beras yang telah didistribusikan ke dua desa itu, akhirnya dibawa pulang ke Lewoleba dan disimpan lagi di dalam gudang bulog setempat.

Reaksi penolakan itu muncul juga dari desa lainnya, sehingga Manajemen Bulog Gudang Lembata melaporkan masalah tersebut kepada Sub Divre Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim).

Sejak saat itulah beras bulog tahun pengadaan 2017 itu tidak disalurkan ke masyarakat sampai dengan saat ini.

Lantaran berbulan-bulan beras itu disimpan dalam gudang, sehingga saat ini kondisinya sudah rusak dan mulai membusuk.

Beras itu mulai kehitam-hitaman dengan kutu yang semakin banyak.

Ribuan karung beras yang disusun rapi mulai dari dasar hingga di atap gudang itu kini mulai penuh dengan laba-laba.

Agar memudahkan sirkulasi beras yang baru masuk, beras yang membusuk itu diletakkan dibagian belakang.

Meski kondisi sebagian gudang terutama pada bagian belakang itu tampak tak terurus oleh karena timbunan ratusan ton beras itu, namun lingkungan gudang itu senantiasa bersih.

Kepala Gudang Bulog Lembata, Yohanes Mujur bersama staf, secara rutin membersihkan area tersebut. (*)

Artikel ini ditulis Frans Krowin telah tayang di kupang.tribunnews.com. 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved