Yudiantara Kesulitan Memotong Daging, Nia Takut Janurnya Robek
Ia membuat sate renteng dalam rangka ikut lomba membuat sate renteng, ngelawar, dan banten prani yang digelar Dinas Kebudayaan Kota Denpasar
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Sementara sate renteng merupakan sate yang dirangkai.
“Sate renteng ini ada beberapa sate yang kemudian dirangkai menjadi bentuk sate baru yang disebut sate renteng,” katanya.
Sementara untuk banten prani, biasanya digunakan saat pengerupakan dimana upacaranya disebut maprani.
Baca: Menang Metajen, Kakek Bercucu 10 di Buleleng Ini Beli Sabu, Adan Ungkap Alasannya Begini
Baca: Kurang Dikenal Masyarakat, Omzet Rumah Belanja Denpasar Tahun 2018 Hanya Rp 14 Juta
“Prani merupakan prana bagi jiwa atau power supaya kita bisa menjalankan penyepian dengan baik. Inti dari banten prani ini yakni carun sasih yang terdiri atas nasi kepel, lawar putih, merah, serta sate. Sedangkan buah-buahannya merupakan pelengkap,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, IGN Mataram mengatakan, lomba sate renteng, lawar, dan banten prani ini digelar dalam rangka HUT Kota Denpasar ke-231 dengan peserta yakni siswa SMP se-Kota Denpasar.
“Pelaksanaan ini juga untuk melestarikan budaya khususnya dalam pembuatan upakara supaya budaya kita tidak hilang,” kata Mataram.
Dengan lomba ini diharapkan siswa akan siap untuk terjun ke masyarakat.
Selain itu, banten prani juga digunakan dalam menyambut Nyepi saka 1941 yang akan dilaksanakan Maret 2019 mendatang, sehingga para peserta ini diharapkan bisa membantu dalam hal menyiapkan banten prani di keluarga maupun masyarakat.
Lomba diikuti sebanyak 20 kelompok pada setiap jenis lomba.
Setiap kelompok terdiri atas tiga orang sehingga total peserta yakni 120 orang dari 18 SMP se-Kota Denpasar. (*)