Prof Suarka Optimistis Bahasa Bali Tak Punah, Kruna Mider Sebagai Wadah Kata-kata Asing
Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Unud, Prof I Nyoman Suarka merasa optimis jika bahasa Bali tidak akan mengalami kepunahan
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Unud, Prof I Nyoman Suarka merasa optimistis jika bahasa Bali tidak akan mengalami kepunahan.
Menurutnya ada beberapa hal yang menjadi alasan bahasa Bali tidak akan punah, antara lain pertama, bahasa Bali memiliki aksara sendiri sehingga pelestarian bisa dengan cara menggunakan aksaranya.
Kedua, penutur bahasa Bali masih cukup banyak.
Bahasa daerah terancam punah bila penuturnya semakin sedikit, sedangkan untuk bahasa Bali masih tetap eksis dan dipergunakan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari.
Ketiga, bahasa Bali integral dalam kehidupan masyarakat Bali.
Integral maksudnya ketika berbicara mengenai adat, agama dan seni di Bali wajib menggunakan bahasa Bali.
Baca: Perbekel Gila Mesatua Bali, Rayakan Bulan Bahasa Bali dengan Buat Video Mesatua Setiap Hari
Baca: Alissa Stern, Bule Asal Amerika Bawa Bahasa Bali Raih Nobel Bahasa, Orang Bali Sendiri Bagaimana?
Sedangkan, di Papua bahasa suku mereka adalah bahasa Indonesia.
Mereka tinggalkan bahasa daerahnya, dan merasa lebih baik menggunakan bahasa Indonesia.
“Ini yang menyebabkan bahasa itu punah, karena sikap penuturnya yang mulai meninggalkan,” terangnya di Denpasar, Jumat (1/3/2019).
Keempat, lanjut Prof Suarka, bahasa Bali memiliki kekuatan.
Kekuatan adaptasi bahasa Bali berupa perangkat untuk menyesuaikan diri terhadap kata-kata asing yang disebut Kruna mider.
Seringkali masyarakat umum menganggap ketika ada kata-kata asing dikira merusak bahasa Bali, menurutnya itu salah.
Baca: Kesetiaan Orang Bali Dirantauan Terhadap Bahasa Bali Lebih Kuat Dibanding yang Tinggal di Bali
Baca: Hanya 12,73 Persen Masyarakat yang Masih Mengajarkan Bahasa Bali kepada Anak-anaknya
Jadi justru memperkaya bahasa Bali yaitu kruna midernya.
Kruna mider berfungsi untuk mewadahi kata-kata serapan bahasa asing, dan kruna ini berfungsi umum kepada siapa saja dan juga bisa digunakan oleh semua orang kepada semua tingkatan.
Sifatnya universal, berlaku untuk semua penuturnya.
“Misalnya, ampura Ratu Peranda HP titiang telas pisan pulsane. Ampura ring driki titiang matur, malih jebos lanturang titiang. Titiang kantun otw ratu, macet ring margi. Ratu stand by manten ring Griya, ampura dumun. Jadi bahasa itu lazim saja, Ida Peranda pasti mengerti,” imbuhnya mencontohkan.