Nyoman Tri Artika Tikam Mantan Tentara Hingga Tewas Bersimbah Darah, Adu Mulut Hingga Rampas Kunci
Nyoman Tri Artika Tikam Mantan Tentara Hingga Tewas Bersimbah Darah, Adu Mulut Hingga Rampas Kunci
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA- Ikram Tauhid (39) tewas akibat ditikam dengan menggunakan pisau pengutik, pada Munggu (3/3/2019) malam sekira pukul 22.00 wita.
Pria asal Maluku ini ditemukan terkapar di pinggir jalan Banjar Dinas Wirabuana, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, kilometer 17, atau lebih tepatnya di depan warung Raja.
Usut punya usut, korban yang merupakan mantan anggota TNI ini ditikam oleh seorang pria diketahui bernama Nyoman Tri Artika Subandi Awantara alias Gunik (35).
Baca: Andi Arief Ditangkap: Fakta Sebenarnya dari Ngamar Bareng Wanita dan Kloset Terbalik Terungkap
Peristiwa ini bermula saat pelaku asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng itu bersama keluarganya, mengendarai mobil Daihatsu Xenia DK 1994 QB.
Mereka melaju dari arah Singaraja menuju ke Denpasar.
Di jalur yang sama, tiba-tiba muncul sepeda motor Yamaha Byson DK 8662 UQ yang dikendarai oleh korban Ikram, beserta rekannya bernama Welky Lens Ussa (39) yang mengendarai sepeda motor Suzuki Thunder.
Baca: Wanita Manado Lahirkan 6 Bayi Sendirian, Petaka Datang Saat Lahirkan Bayi Kembar, Darah Berceceran
Sempat terjadi baku salip antara pelaku dan korban.
Bahkan korban disebut-sebut sempat menghalangi jalur pelaku.
Hingga akhirnya pelaku Gunik geram, dan mengeluarkan pisau pengutik yang disimpan di dalam tas piggangnya.
Pisau itu kemudian diacungkan oleh pelaku dari dalam mobil ke arah korban, dengan niat ingin mengancam.
"Mobil awalnya dikemudikan oleh kakak pelaku. Kemudian mobil berhenti di depan warung, lantaran mereka tidak ingin mencari gara-gara. Namun ternyata saat mobil berhenti, korban juga ikut menghentikan motornya," terang Kompol Landung.
Saat mobil berhenti, nyatanya korban Ikram juga ikut menghentikan motornya.
Ia sempat merampas kunci mobil milik pelaku.
Hingga akhirnya terjadi adu mulut dan perkelahian antara pelaku Gunik dan korban Ikram, serta kakak pelaku dengan rekan korban bernama Welky.
Tanpa berpikir panjang, pelaku Gunik pun menusuk bagian dada kanan korban dengan pisau pengutik, hingga membuat korban terkapar bersimbah darah
"Selama kejadian berlangsung, keluarga pelaku tetap berada di dalam mobil. Sehabis menusuk korban, pelaku langsung menyerahkan diri ke Polsek, dengan menumpangi mobil milik warga lain. Keluarganya ditinggal. Sementara rekan korban kabur ke arah Singaraja," ujar Kompol Landung.
Di hadapan polisi, Gunik mengaku pisau pengutik yang ia gunakan untuk menusuk korban itu sebelumnya ia gunakan untuk keperluan memasak di acara tiga bulanan (nelubulanin) kakaknya.
Setelah acara usai, Gunik pun bermaksud ingin kembali ke Denpasar, mengantarkan kakaknya pulang.
Dalam perjalanannya menuju ke Denpasar itulah, korban dituding telah menghalangi jalurnya.
Hingga aksi korban itu membuat Gunik geram.
Kapolsek Landung pun tidak menampik, saat jenazah diperiksa, tercium aroma alkohol ditubuh korban.
Kini, jenazah pria yang beralamat di Desa Tuban, Kecamatan Kuta itu telah dibawa ke RSUP Sanglah, untuk diautopsi.
Sementara pelaku Gunik kini telah mendekam di sel tahanan Mapolres Buleleng.
Ia dijerat dengan Pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan yang menyebabkan orang meninggal dunia, dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.
Nuraja Takut Keluar Rumah
Dari pantauan di TKP, ceceran darah masih terlihat di halaman warung milik Putu Nuraja (42).
Warung tersebut tampak buka, meski petugas telah memagar lokasi tersebut, dengan garis polisi.
Kepada Tribun Bali, Nuraja mengaku selama peristiwa itu berlangsung, warung dalam keadaan tutup.
Hingga sekitar pukul 22.00 wita, Nuraja mendengar suara pertikaian.
"Saya tidak berani keluar. Hanya ngintip dari jendela. Kemudian saya lihat sudah ada orang yang terkapar di bawah. Kemudian saya hubungi Kelian Banjar. Sekitar setengah jam kemudian polisi datang, baru saya berani keluar," tuturnya.
Selama pertikaian itu berlangsung, sebut Nuraja, keluarga pelaku tidak ada yang keluar dari mobil untuk meminta pertolongan.
Hingga akhirnya, jenazah korban dievakuasi oleh polisi dengan menggunakan mobil ambulan milik RSUD Buleleng.
"Yang saya lihat ada empat laki-laki berkelahi. Di dalam mobil ada satu ibu-ibu (ipar pelaku,red) dan anak-anak (keponakan pelaku,red)," ungkapnya.
Mengingat kejadian itu berlangsung di halaman warung miliknya, Nuraja pun berharap agar keluarga pelaku atau korban membantunya untuk melakukan upacara pecaruan.
"Ya sesuai kepercayaan, mecaru itu pasti dilakukan. Cuma dari pihak pelaku atau korban saya harap bisa membantu dari segi dana. Tapi kalau tidak, ya saya bikin upacara mecaru sendiri," tutupnya.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, korban Ikram berhenti bertugas menjadi anggota TNI sejak Januari 2018 lalu.
Ia saat ini tercatat bekerja sebagai satpam di salah satu hotel kawasan Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. (*)