Widi Musisi Muda Berprestasi Asal Kawan, Atasi Demam Panggung dengan Main Intro
Berawal dari penasaran, Ni Luh Putu Widiastuti kini mulai menapaki langkah menjadi seorang musisi wanita
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Berawal dari penasaran, Ni Luh Putu Widiastuti kini mulai menapaki langkah menjadi seorang musisi wanita. Sejumlah piala lomba pun mulai banyak menjadi koleksi dara ayu asal Banjar Blungbang, Kelurahan Kawan, Bangli ini.
Ditemui di kediamannya, remaja yang akrab disapa Widi ini menceritakan, awal mula dirinya tertarik untuk menyanyi dan bermain gitar, saat ia duduk di kelas VII SMP, yakni saat Masa Orientasi Sekolah (MOS).
Kala itu, ada rasa penasaran saat melihat temannya bermain gitar, hingga ia memutuskan untuk meminta kerabatnya mengajarkan cara bermain gitar, selain juga belajar melalui tutorial di Youtube.
Lambat laun apa yang ia pelajari pun membuahkan hasil.
Widi mengaku kerap kali dirinya diminta untuk mengisi acara hiburan dalam sebuah acara perkawinan bersama dengan muda-mudi setempat.
Hingga akhirnya pada tahun 2017 silam, datanglah tawaran dari sekolah kepadanya untuk menjadi perwakilan dalam lomba menyanyi tingkat SMA/SMK di SMAN 1 Susut.
“Dari situlah mulai tertarik untuk mengikuti berbagai perlombaan menyanyi,” ucap siswi kelas XI SMKN 1 Bangli ini.
Dara 17 tahun itu mengaku cukup mudah mencari informasi lomba menyanyi. Selain dari sekolah, ia terkadang juga mendapatkan info perlombaan dari teman-temannya, termasuk dari poster, pamflet, maupun media sosial.

Kini ia telah mengoleksi berbagai piala, di antaranya Stel Peleng Idol, Stel Peleng Idol #2, lomba menyanyi tingkat SMA/SMK tingkat Kabupaten Bangli, event Sonora, dan KPU Got Talent.
Terbaru, Widi menjadi Juara I kategori Penyanyi Pop Solo Terbaik dalam ajang Vaspa Mencari Bintang.
Ia mengaku dirinya tidak semata-mata mengejar juara, melainkan untuk melatih mentalnya di atas panggung sekaligus mencari pengalaman.
“Terkadang juga masih nervous (demam panggung). Namun dibawa santai saja dengan memainkan intro dulu,” ungkapnya.
Ada satu ajang pencarian bakat yang menurut Widi masih menjadi angan-angan untuk ditembus, yakni ajang The Voice Indonesia.
Katanya, pada tahun 2018 lalu ia sempat mengikuti ajang pencarian bakat tersebut, namun tak lolos dalam seleksi.
“Saat itu yang jadi juri Tika Pagraky. Tapi belum lolos, dan saya diberi pesan untuk banyak-banyak belajar lagi. Sepertinya saya masih kurang di vokal, karena ajang itu yang paling utama dilihat adalah vokalnya. Di samping itu persaingannya cukup ketat,” ucapnya.
Di lain sisi, Widi mengaku audisi acara serupa yang digelar tahun ini tidak bisa ia ikuti, sebab pendidikan merupakan prioritas utama baginya.
Pertimbangan lain apabila lolos audisi di Bali, maka harus pergi ke Jakarta untuk mengikuti audisi selanjutnya.
“Di samping jarak yang jauh, kan harus keluar biaya juga,” tuturnya.
Widi berharap, nama musisi asal Bangli bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas, yang tidak hanya di Bali saja.
Ia pun berharap ke depannya Pemerintah Kabupaten bisa lebih sering mengadakan acara-acara musik sehingga ada wadah bagi anak-anak muda untuk berekspresi menyalurkan berbakatnya.
“Bisa dikatakan banyak sekali anak-anak muda asli Bangli yang memiliki bakat. Namun karena event untuk berekspresi sangat minim, bakat itu tidak bisa tersalurkan.
"Saya sendiri bahkan sampai mencari keluar Bangli. Tidak perlu uang, mendapatkan piala atau sertifikat pun, saya pribadi sudah sangat senang. Karena yang terpenting adalah ajang untuk menyalurkan bakat dan ada pengalaman,” tandasnya. (*)
keterangan foto: TRIBUN BALI/MUHAMMAD FREDEY MERCURY
Koleksi Piala - Ni Luh Putu Widiastuti saat ditemui di kediamannya, Rabu (6/3), menunjukkan berbagai koleksi piala yang diperoleh sejak tahun 2017.