Dua Kali Dipukul Suporter hingga Masuk RS, Cerita Wasit Nasional Asal Denpasar Selama Berkarier
Pria berkulit sawo matang ini mengatakan, banyak pengalaman yang ia dapatkan semenjak menjadi seorang wasit resmi sepak bola
Penulis: Putu Dewi Adi Damayanthi | Editor: Irma Budiarti
Namun, kejadian-kejadian buruk itu ternyata tidak membuat Ali kapok atau menyerah menjadi seorang wasit.
“Saya gak kapok jadi wasit sepak bola walaupun sudah dua kali masuk rumah sakit. Dua kali pemukulan itu terjadi dalam pertandingan di tingkat daerah. Tapi dalam pertandingan di tingkat nasional, saya bisa menikmati peran menjadi wasit, karena benar-benar sesuai dengan aturan. Wasit bisa menyelesaikan,” ungkap Ali saat ditemui Tribun Bali di GOR Ngurah Rai, Denpasar, Sabtu (9/3/2019).
“Kalau memimpin pertandingan di level nasional enak, terutama saat tim yang kalah mengucapkan terima kasih kepada wasit. Saat itu saya (merasa) bangga, sebagai seorang wasit saya merasa senang sekali. Yang kalah saja bisa mengucapkan terima kasih, apalagi tim yang menang. Di situlah nikmatnya menjadi seorang wasit. Dalam laga-laga tingkat nasional, saya belum pernah mengalami pemukulan oleh suporter. Syukur selama ini semua pertandingan di level nasional yang saya pimpin, berjalan dengan lancar,” imbuh Ali Mustofa.
Baca: Satgas TMMD Bangkitkan Semangat Olahraga Para Generasi Muda Banjar Tampuagan
Baca: Jelang Laga Kontra Semen Padang, Pakem Bali United Berubah Pasca Ditinggal Tiga Pemain ke Timnas
Ia mengungkapkan, persaingan yang terjadi di profesi perwasitan begitu ketat, terutama di tingkat nasional.
Ia melihat banyak rekannya yang sudah bertahun-tahun mengikuti kursus perwasitan, namun masih belum lolos untuk melangkah memimpin pertandingan tingkat nasional.
“Kalau dibilang susah ya susah juga persaingan kita. Persaingan untuk ke level nasional itu terutama. Banyak rekan saya yang sudah bertahun-tahun ikut kursus, tapi belum bisa ke nasional. Belum bisa dipanggil ke Liga 1, Liga 2 sampai Liga 3,“ kata Ali.
Untuk menghadapi persaingan yang ketat, selama ini Ali selalu mengasah kemampuan perwasitannya, dan juga terutama melatih fisiknya.
Menjadi seorang wasit di garis tengah selama bertahun-tahun membuat Ali mengetahui hal-hal penting yang diperlukan oleh wasit tengah saat pertandingan sepak bola.
Menurut Ali, menjadi seorang wasit tengah tidak cukup hanya dengan menguasai aturan-aturan permainan atau Laws of the Game.
Baca: 100 Tas Belanja Ludes oleh Pedagang dan Pembeli di Pasar Badung
Baca: Ajarkan Anak Cara Mendaur Ulang Kertas di Festival Of Sosial Entrepreneurship Wave and Suistainable
Wasit tengah, kata dia, harus memiliki kondisi fisik yang bagus serta mental yang kuat.
“Fisik, pengetahuan tentang Laws of the Game dan mental kuat sangat diperlukan. Kalau fisiknya gak bagus pada saat kita memimpin kan kita bisa ketinggalan sangat jauh dari pergerakan pemain. Jadinya, gak bisa mencermati dan mengawasi bagaimana mereka bermain. Namun, meski fisik kuat tapi kalau mentalnya gak bagus, itu juga akan bisa kacau. Kepemimpinannya akan gak bagus, bisa kebingungan,” beber Ali.
Ia berpesan kepada wasit-wasit muda, khususnya dari Bali, untuk rajin melatih fisik dan menguatkan mental agar dapat bersaing di tingkat nasional.
“Wasit muda jangan berkecil hati. Kuatkan mental dan rajin latihan fisik supaya siap bersaing di level nasional. Pokoknya selalu banyak latihan dan baca aturan atau laws of the game,” kata Ali.
Kondisi fisik prima yang dituntut untuk seorang wasit, jelasnya, tidak bisa dibentuk secara instan.
Untuk itu, para wasit muda tidak bisa bermalas-malasan.