Pemkot Denpasar Akan Belajar Rawat Situs Budaya ke Korea, Begini Tanggapan Anggota Dewan Denpasar
Pemerintah Kota Denpasar akan belajar merawat patung ke Gyeongju-Korea.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah Kota Denpasar akan belajar merawat patung ke Gyeongju-Korea.
Pemerintah Kota Denpasar, melalui Dinas Pariwisata Kota Denpasar akan melakukan kerja sama Sister City Denpasar dengan tiga kota di luar negeri yakni Kota Gyeongju-Korea, Mosselbay-Afrika Selatan, dan Perth-Australia.
Dalam pemaparan dan pembahasan kerja sama tersebut di Ruang Pertemuan DPRD Kota Denpasar, Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Dezire Mulyani memaparkan bentuk kerja sama yang akan dilakukan.
Kerja sama Pemkot Denpasar dengan Gyeongju dalam bidang pariwisata penitikberatannya ada pada warisan budaya.
"Denpasar akan belajar terkait pemeliharaan situs, mulai dari merawat hingga membuat cerita atau sejarah terkait situs tersebut," kata Dezire.
Dezire melihat bahwa di Kota Gyeongju ada sebuah batu yang memiliki cerita historis dan sangat ramai dikunjungi wisatawan dan di sana wisatawan melakukan selfie.
Baca: Angkasa Pura Lakukan Rampok Plastik, Penumpang Rela Plastiknya Diganti dengan Tas Ramah Lingkungan
Baca: Jalur Relatif Berisiko, Seleksi Angkot Siswa Gratis di Tegalalang Sangat Ketat
Sehingga dari sana nantinya pemkot akan belajar untuk membuat story dan merawat situs termasuk Catur Muka Denpasar dan situs lainnya.
Ada juga bentuk promosi pariwisata ke kota tersebut dengan menggandeng pengusaha pariwisata untuk melakukan transaksi business to business.
Sementara untuk pembiayaan promosi tersebut dibebankan pada industri pariwisata yang ikut promosi, baik hotel maupun travel.
"Intinya kita menjual apa sih yang ada di Denpasar dan memperkenalkan potensi kota Denpasar karena sepertinya selama ini Denpasar hanya dilewati saja walaupun ada yang menginap di Sanur. Apalagi Pasar Badung sudah selesai dan di sana akan kita kenalkan keragaman pasar tradisional," katanya.
Ia menambahkan masih banyak situs yang perlu mendapat perawatan yang baik dan perlu ditambahkan cerita tentang situs atau destinasi tersebut, sehingga dengan menggunakan QR-code melalui ponsel wisatawan bisa mengenal tentang destinasi tersebut.
Sampai saat ini pihaknya baru membuat tiga destinasi yang bercerita dengan QR-code.
Ketiga destinasi tersebut yakni Inna Bali Hotel, Catur Muka, dan Pasar Badung yang masih dalam proses.
"Pasar Badung masih proses. Baru sedikit, masih dicarikan sumber yang jelas seperti hasil penelitian," katanya.
Saat ini di Denpasar ada 70 sampai 80 situs hasil identifikasi dan secara bertahap akan dibuatkan cerita sesuai sumber valid setelah belajar dari Korea.
Untuk kerja sama antara Denpasar dengan Mosselbay akan dilakukan kerja sama terkait ekonomi kreatif dan pengetahuan maupun teknologi.
"Kami akan promosi pariwisata untuk meningkatkan kunjungan pariwisata dari Afrika Selatan. Kami akan tawarkan hal apa yang ada di Denpasar," katanya.
Sementara dengan Perth, Denpasar akan melaksanakan kerja sama di bidang industri kreatif di luar sektor pariwisata, di mana Denpasar akan belajar tentang industri kreatif di sana.
Dezire mengatakan, di Denpasar saat ini ada 230 industri kreatif termasuk yang dipegang oleh perguruan tinggi.
Pihaknya juga akan melibatkan perguruan tinggi tersebut untuk membangun startup.
Baca: Denpasar Akan Kerja Sama dengan 3 Kota di Luar Negeri, Berikut Poin Kerjasamanya
Baca: AHY dan Istri Bertemu Pelaku Budaya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Begini Kesan dan Pesannya
"Kita perlu menumbuhkan industri kreatif di luar pariwisata. Di Perth itu, yang awalnya di sana bergantung pada pertambangan dan kini sudah tidak beroperasi, namun kotanya maju karena industri kreatif. Dari sana kita akan belajar mengembangkan industri kreatif, belajar start up baru, jenis sektor kreatif apa saja yang ada dan bagaimana caranya dia punya itu," kata Dezire.
Apalagi berkaca dengan keadaan pariwisata saat Gunung Agung erupsi yang kocar-kacir.
Ia menambahkan saat ini di Denpasar sudah ada 264 start up di bidang IT dengan omzet mencapai Rp 64 miliar dan pihaknya ingin meningkatkan lagi.
Selain itu, dengan kerja sama ini, diharapkan kunjungan wisatawan Australia bukan hanya wisatawan biasa tapi dengan minat khusus dalam pariwisata dan industri kreatif.
Terkait pemaparan tersebut, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kota Denpasar, AA Susruta Ngurah Putra mengatakan secara prinsip pihaknya setuju terkait kerja sama tersebut.
Akan tetapi ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.
Baca: Anak-anak Tampil di Festival Omed-Omedan, Rai Mantra: Upaya Perlindungan Budaya Secara Berkelanjutan
Baca: Koster Klaim Berbagai Kebijakan yang Dikeluarkannya Untuk Menjaga Alam dan Budaya Bali
"Secara sepintas, kalau kita lakukan kerjasama ini sangat penting untuk kita terutama pengembangan wawasan dan perbaikan di Denpasar, tapi kita harus perhatikan apa yang akan kita peroleh dari kerjasama ini," katanya.
Susruta melihat, proposal kerjasama tersebut belum menunjukkan output yang bisa diukur.
Misalkan saja terkait peningkatan kunjungan wisatawan dari kota yang diajak kerja sama yang belum jelas angkanya.
"Keluaran dari kerja sama di proposal ini tidak bisa terukur. Misal meningkatkan kunjungan pariwisata. Berapa persen peningkatannya jika sudah melakukan kerjasama, dan saat ini berapa kunjungan mereka. Sehingga ada ukuran yang jelas terkait kerja sama ini. Saat ini berapa dari Mosselbay yang ke Kota Denpasar dan lima tahun ke depan berapa targetnya, proposal ini tidak ada yang bisa mengukur keberhasilan kita ke depan," katanya.
Ia menambahkan, "Saya sepakat sister city harus dilakukan tapi sebelum dilakukan tolong dong buat suatu proposal yang terukur. Buat ukuran yang jelas, jangan sampai kita promosi ke Gyeongju, ngeluarin anggaran besar, eh nginep-nya malah di Kuta, di Badung."
Baca: TRIBUN WIKI - 6 Destinasi Wisata Bali dengan Spot Foto Instagramable yang Wajib Dikunjungi
Baca: Gelar Seminar Denpasar Kota Budaya, Rai Mantra: Penguatan Kebudayaan Dukung Pengembangan Ekraf
Ia juga menyoroti terkait keterlambatan penyerahan proposal ke dewan yang semestinya diserahkan dua hingga tiga hari sebelum pertemuan, tapi baru diserahkan hanya beberapa jam sebelum pertemuan.
"Dua atau tiga hari harusnya sudah terima dokumennya biar bisa kita pelajari, baru satu jam dua jam dikasi belum bisa dipelajari. Apakah ini dibikin skenario seperti itu sehingga kita tidak bisa mempelajari dan setuju saja," katanya.
Terkait tanggapan Susruta, Dezire mengatakan tempat menginap wisatawan merupakan hak pribadi masing-masing.
Namun hal tersebut merupakan tantangan bagi Denpasar untuk menampilkan potensinya yang bisa menarik wisatawan.
Baca: Terkini 79 Jiwa Meninggal Dunia dan 43 Hilang Pascabanjir Bandang Sentani Papua
Baca: Pengendalian Jumlah Penduduk Bali Tak Ada Masalah, Vasektomi Hanya Alternatif Kontrasepsi Terakhir
"Ini tantangan kita dan kita akan benahi, Sanur, hotelnya. Dan kita adakan pembinaan agar pelayan ramah tamah dan yang terpenting lingkungan sekitar hotel, serta sarana prasaran dan atraksi apa yang bisa dilihat oleh wisatawan. Mungkin Pasar Badungnya kita tonjolkan," katanya.
Sementara itu, anggota Fraksi PDIP DPRD Kota Denpasar yang juga Ketua Komisi III Kota Denpasar, Eko Supriadi juga setuju dengan kerja sama ini.
Akan tetapi ia menyoroti saat akan melakukan kerja sama ini masih ada situs di Kota Denpasar yang masih rusak.
"Sangat disayangkan saat kerja sama, sedangkan ada situs tak dipelihara. Patung di Suci (simpang Hasanudin-Diponegoro) kepalanya hilang sampai sekarang belum diperbaiki, apa ini namanya kita jaga situs? Berapa kali ajukan ke pihak terkait, tolong perbaiki Patung Suci agar kepalanya tak jatuh ke bawah," kata Eko.
Baca: Panen 5 Tahun Sekali, Poh Wani Dibanderol Rp 5.000 per Kg
Eko mengaku setuju jika setiap situs ada story-nya.
Asisten Pemerintahan dan Kesra Kota Denpasar, I Made Toya menambahkan, intinya dewan setuju tentang kerja sama tersebut, akan tetapi masih ada yang perlu digarisbawahi.
"Intinya semua setuju, namun perlu digarisbawahi apa manfaatnya. Karena kerja sama ada untung dan rugi dan saya setuju apa keuntungan dan kelebihannya harus dimunculkan agar jelas. Mohon untuk Kadis Pariwisata sebagai catatan bagaimana output-nya," katanya. (*)