Pecahnya Pembuluh Darah Otak Bisa Picu Kematian, Kenali Bahaya dan Penyebabnya

Darah tinggi atau hipertensi, kelainan pembuluh darah, stroke bisa menjadi faktor penyebab pecahnya pembuluh darah

Penulis: Noviana Windri | Editor: Irma Budiarti
kompas.com
Ilustrasi. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Gangguan sekecil apapun pada pembuluh darah bisa berakibat fatal.

Darah tinggi atau hipertensi, kelainan pembuluh darah, stroke bisa menjadi faktor penyebab pecahnya pembuluh darah khususnya pembuluh darah pada otak yang bisa menyebabkan koma hingga kematian.

Dokter Spesialis Neurologi RSUD Wangaya dr Ketut Sumada saat dikonfirmasi Tribun Bali melalui telepon menuturkan, pemicu pembuluh darah pada otak pecah akibat dari adanya tekanan yang tinggi di pembuluh darah otak atau hipertensi.

"Bisa karena tekanan darah tinggi, bisa karena penderita darah tinggi kemudian mengangkat beban berat juga bisa, bisa karena penderita darah tinggi kemudian ngeden juga bisa,"

Baca: Resmikan Pasar Badung, Jokowi Akan Disambut 2000 Penari Pendet, Ini yang Akan Dilakukan Nanti

Baca: Teco Sabar Menunggu Dua Putra Lokal Bali Sembuh dari Cedera

"Jadi prinsipnya memang tekanan yang tinggi di pembuluh darah otak itu hipertensi. Apalagi di usia-usia lanjut, pembuluh darah sudah tidak lentur lagi, dengan sedikit peningkatan beban seperti ngeden, angkat beban berat bisa pecah dia langsung," jelasnya kepada Tribun Bali, Rabu (20/3/2019).

Lebih lanjut ia menjelaskan, pecahnya pembuluh darah bisa menyerang usia berapa saja, tetapi semakin lanjut usia seseorang semakin besar kemungkinan pecah.

"Kecuali misalnya pada anak-anak atau orang muda atau dewasa muda, pembuluh darah bisa pecah karena memang ada kelainan. Ada penggelembungan namanya Ateriovenous Malformation (AVM). Kalau dalam keadaan biasa tidak akan pecah. Tetapi kalau misalnya dia emosi, pada saat berolahraga itu bisa pecah. Kalau pada anak muda itu yang terjadi," terangnya.

Baca: Belasan Kios di Pasar Badung Belum Ditempati, PD Pasar Beri Waktu Tiga Bulan

Baca: Gelar Reuni Agung dan Parade Budaya di Renon, Alumni SMA SMK Se-Bali Siap Puputan Menangkan Jokowi

Pembuluh darah pecah pada usia lanjut disebutkannya diakibatkan dari pembuluh darah yang sudah tidak lentur lagi.

Selain itu, penyebab lain karena faktor tidak langsung yakni akibat kelebihan berat badan atau obesitas.

"Kalau kelebihan berat badan bisa jadi faktor penyebab secara tidak langsung. Kalau kelebihan berat badan akhirnya jantung harus memompa darah melebihi kemampuan yang sebenarnya,"

"Kalau berat badannya lebih dari berat badan ideal itu jantungnya harus memompa 2 kali lipat dari memompa normal yaitu 80 kali per menit normalnya. Kalau terus begitu pembuluh darah jadi cepat kaku jadi lebih mudah lagi mengalami pecah pembuluh darah," jelasnya.

Baca: Rayakan Earth Hour 2019, Artotel Free Flow Wine dan Beer Selama 120 Menit

Baca: Serasa Mimpi Jadi Nyata, Ini Yang Tak Bisa Dilupakan Arapenta Lingka Poerba di Bali United

Pihaknya juga menyebutkan siapapun bisa berisiko mengalami pembuluh darah pecah.

Ada dua faktor penyebab pembuluh darah pecah yakni faktor yang bisa diobati dan yang tidak bisa diobati.

Faktor yang tidak bisa diobati disebutkan yakni faktor usia, memiliki riwayat penyakit sebelumnya, faktor ras dan faktor gender.

"Siapa saja bisa berisiko. Ada faktor risiko yang memang kita bisa obati dan ada yang tidak bisa kita obati. Yang tidak bisa diobati lagi itu karena pertama faktor usia. Semakin tua usia seseorang itu jadi faktor risiko yang tidak bisa diapa-apakan lagi itu. Kedua, ada riwayat penyakit sebelumnya. Misalnya dulu pernah kena stroke. Ini jadi beban juga faktor risikonya,"

Baca: Jokowi Akan Sapa Ribuan Masyarakat Bali dalam Simakrama di Arda Chandra

Baca: Ikut Membela Bali United Saat Lawan Timnas U- 22, Arapenta : Saya Masih Harus Banyak Berlatih

"Ketiga, ada ras-ras tertentu dia memberikan kecenderungan memberikan peluang penyakit yang lebih besar. Keempat ada faktor gender. Laki-laki lebih berisiko karena lebih sering melakukan kehidupan rumahnya jadi lebih berisiko," tambahnya.

Sementara, faktor yang bisa diobati yakni obesitas, kebiasaan merokok, sakit jantung, kurang olahraga, alkohol.

Saat ditanya peluang hidup bagi seseorang yang mengalami pembuluh datah pecah, pihaknya menuturkan tergantung pada pembuluh darah mana yang pecah, seberapa luas pembuluh darah pecah dan seberapa lama dia mendapatkan pertolongan.

"Semakin cepat mendapatkan pertolongan semakin besar kemungkinan untuk hidup. Selain itu, kalau ditangani kurang dari 4 jam setelah kejadian, bisa jauh lebih bagus dan bisa mendekati normal. Tapi kalau pertolongannya terlambat itu risikonya lebih besar bisa meninggal," tuturnya.

Dikatakannya, pembuluh darah pecah bisa dihindari dengan lifestyle yang bagus, menghindari rokok, konsumsi kopi berlebihan dan olahraga teratur.

"Hiduplah dengan lifestyle yang bagus. Hindari rokok, hindari minum kopi yang terlalu banyak, olahraga teratur dan baik, misalnya kalau kita sudah pernah sakit kita harus minum obat yang teratur, cek kesehatan ke lab agar kita tahu kalau, misal ada kelainan pembuluh darah bisa kita operasi sebelum dia pecah. Itu lebih bagus," tuturnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved