Pemkab Badung Tanam 10 Bibit Mangrove Langka, Pelepasliaran Elang, Kura-kura, Biawak & Bulus
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang Pro Environment, ditunjukkan secara riil melalui aksi tanam mangrove
Penulis: Rino Gale | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Rino Gale
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang Pro Environment, ditunjukkan secara riil melalui aksi tanam mangrove di Kawasan Tahura Ngurah Rai Patasari Kuta, Jumat (29/3/2019).
Di mana Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta hadir memimpin ratusan masa yang terdiri dari ASN (Aparatur Sipil Negara), OPD di lingkungan Pemkab Badung, lembaga masyarakat, pemuda serta undangan lainnya, yang tumpah ruah melakukan penanaman bibit mangrove.
Turut hadir mendampingi Wabup Badung, Ketut Suiasa, Perwakilan Ketua DPRD Badung, I Gusti Anom Gumanti, Sekda Badung bersama staff ahli dan Asisten Bupati, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Badung, Kapolresta Denpasar dan Kapolsek Kuta, Kadishut Provinsi dan Kepala UPT Tahura Ngurah Rai, Bendesa Adat Kuta, Camat Kuta, Lurah sekecamatan Kuta, Kepala Lingkungan, LPM, tokoh masyarakat lainnya.
Baca: Jangan Keburu Dibuang! Kantong Teh Bisa Bantu Redakan Mata Bintitan bahkan Mengatasi Gejala Rosacea
Baca: Misteri Hilangnya Karyono Selama 12 Tahun Tak Terungkap, Hingga Ditemukan Dalam Kondisi Ganjil
Dalam aksi tanam mangrove yang bertajuk 'Badung Peduli Lingkungan, 5.000 Mangrove Berjuta Manfaat' itu, sebanyak 5.000 bibit mangrove ditanam di Tahura Ngurah Rai Patasari.
Di mana 10 pohon mangrove di antaranya merupakan tanaman mangrove langka jenis banang-banang.
Selain itu, dilakukan pula pelepasliaran satwa spesies hutan mangrove, yaitu seekor burung langka berjenis elang bio, 25 ekor burung tekukur, 7 ekor biawak, 2 ekor kura-kura dan seekor empas (bulus).
"Kegiatan ini merupakan salah satu dari 6 prinsip dasar pembangunan di Kabupaten Badung, yaitu Pro Growth (pro pertumbuhan), Pro Poor (pro pengentasan kemiskinan), Pro Job (pro penciptaan lapangan kerja), Pro law enforcement (pro penegakan aturan), Pro Environment (pro lingkungan dan Pro Culture (pro budaya). Mari kita bersama-sama melestarikan lingkungan," tutur Giri Prasta.
Baca: Adegan Mesum Kilat Muda-Mudi di Jembatan Penyeberangan Solo Terciduk CCTV
Baca: Petenis Australia Ashleigh Barty ke Final, Federer Mencapai Babak Empat Besar Miami Open
Kegiatan tersebut diakuinya sekaligus merupakan bentuk komitmen Pemda Badung yang senantiasa mengamalkan ajaran Tri Hita Karana, atau 3 sebab yang membuat manusia bahagia.
Khususnya di bagha palemahan, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
Sedangkan bagha parahyangan yaitu hubungan harmonis manusia dengan tuhan, diimplementasikan melalui kegiatan perbaikan tempat persembahyangan, termasuk upacaranya.
Sementara untuk bagha pawongan hubungan harmonis manusia dengan sesama, diimplementasikan melalui pendidikan gratis, kesehatan gratis dan sebagainya.
Baca: Tak Lapar Siang Hari tapi Banyak Makan Malam Hari? Mungkin Kamu Mengalami Night Eating Syndrome
Baca: Ini Target Ole Gunnar Solskjaer Setelah Resmi Menjabat Pelatih Klub Manchester United
"Ini implementasi Tri Hita Karana yang wajib dilakukan. Hubungan manusia dengan lingkungan ini salah satu bentuk riilnya adalah normalisasi sungai yang telah kita lakukan dan penanaman hutan mangrove," jelasnya.
Dipaparkannya, upaya menjaga kawasan hutan mangrove dinilainya harus senantiasa digelorakan, sebab itu merupakan salah satu langkah normalisasi, yaitu bagaimana membuat kawasan yang tidak normal (gundul) kembali normal.
Selain itu, sedimentasi yang terjadi di muara dinilainya harus diangkat, sehingga tidak terjadi rob.
Bukan hanya itu, komitmennya terkait kebijakan Pro Environment juga akan terus dikembangkan.
Baca: Gadis 22 Tahun Lakukan Ritual Satanic, Awalnya Hubungan Seks Lalu Dimutilasi, Bibi Korban Ungkap Ini
Baca: Begini Suasana Hati Para Pemain Real Madrid Menyambut Kembalinya Zidane ke Klub Tersebut
Yaitu dengan melakukan reboisasi di daerah aliran sungai di hulu bersama dengan pekaseh subak.
"Mangrove merupakan salah satu paru-paru dunia, jadi harus kita jaga. Kebijakan Pro Environment ini adalah komitmen kita sedari awal, jadi kita awali dulu di daerah pesisir (hutan mangrove), nanti kita akan telusuri juga ke hulu untuk melakukan reboisasi," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Kabupaten Badung, I Putu Eka Merthawan menerangkan, kegiatan tersebut merupakan inovasi nyata dari Bupati Badung, yang mengadopsi konsep Badung darurat berbenah.
Yang kali ini terfokus pada prinsip kabupaten Badung, yaitu Badung Pro-Environment (peduli lingkungan) dengan berbasis pada suistainable, development, goals terfokus.
Baca: Kondisi Terkini Vanessa Angel Makin Memprihatinkan di Penjara, Derita Sakit Ini & Sangat Kesepian
Baca: Download 10 Lagu MP3 Yang Cocok Untuk Didengarkan Dan Menginspirasi Saat Senja
"Terselengaranya program ini berkat sinergitas lintas OPD Badung dengan komponen masyarakat, yaitu Dinas PUPR, DLHK, Pol PP, Dinas Damkar, bagian SDA, bagian umum, bagian perwat, Humas dan Camat Kuta. Adapun kelompok masyarakat yang bersinergi adalah kelompok Nelayan Prapat Agung Mangening Patasari Kuta dan Krisna Oleh-oleh Bali," terang Eka Merthawan.
Lokus penanaman 5.000 bibit mangrove tersebut terbagi menjadi 2 kawasan.
Yaitu zona barat sebanyak 2.000 pohon mangrove jenis lindur dan tanjang, dengan penangunggjawab seluruh staff DLHK Badung.
Sedangkan zona timur sebanyak 3.000 pohon mengrove jenis lindur, tanjang, tengeh dan jangkang, dengan penannggungjawab seluruh ASN, OPD dan komponen masyarakat Kuta.
Di mana bibit pohon mangrove dan pirantinya tersebut seluruhnya berasal dari kelompok nelayan Prapat Agung Mangening Patasari, di bawah pembina I Gusti Anom Gumanti.
"Diharapkan pohon ini bisa hidup sekitar 70-80 persen dengan perawatan dari nelayan. Jika dibandingkan di tempat lain harapan hidupnya hanya 10 persen," ujarnya.(*)