Begini Alasan Peramal Keturunan Trah Solo Jogja Memilih Menetap di Bali, Rara: Saya Melihat Maha Rsi

Ditemui di kediamannya, Minggu (31/3) siang, Rara menceritakan kisah hidupnya hingga menjadi seorang pembaca tarot sekaligus pawang hujan.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Mbak Rara atau RR Istiati Wulandari sang peramal yang kini menetap di Bali. 

Alasannya ia suka dengan alam Bali dan ingin mendapat guru spiritual di Bali.

"Saya selalu ingin pindah ke Bali, tapi mama tidak mengizinkan, termasuk mantan suami saya. Ini dikarenakan saya pernah hilang di Sangeh waktu SMP saat berlibur," paparnya.

Saat itu ia bersama 39 teman sekelasnya mengadakan liburan ke Sangeh.

Tiba-tiba anting yang dikenakannya ditarik seekor kera dan ia pun hilang padahal areal Sangeh tak terlalu luas.

Mengetahui Rara sudah hilang, teman-temannya pun mencarinya dan bahkan sempat menelepon sang ibu yang ada di Jogja yang membuat sang ibu panik.

"Waktu itu belum ada telepon genggam seperti sekarang, dan saat itu yang saya lihat hanya monyet. Saya jalan-jalan sama monyet,  saya senang sekali karena saya dikasi pisang sama monyetnya," tuturnya.

Untuk menemukannya dicarilah pemangku untuk membantu pencarian dirinya.

Ia diketahui menghilang pukul 10.00 Wita dan ditemukan besok paginya pada pukul 07.30 Wita di tempat yang sama saat pertama kali ia diketahui menghilang.

Di sepanjang waktu perjalanan hidupnya ia pun melaksanakan meditasi dan dalam meditasinya ia selalu melihat sosok seorang Maha Rsi dan karena itu ia selalu ingin pindah ke Bali.

Bertemu Cok Rat

Tahun 2015, Rara bertemu tokoh Bali Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi atau Cok Rat bersama sang istri di sebuah acara Komunitas Spiritual Indonesia.

Di sana ia mengutarakan keinginannya untuk datang ke Bali dan ingin mencari guru spiritual dari Bali.

"Kalau tidak salah itu Maret 2015 dan waktu itu saya bilang saya Rara, saya janda, saya ingin cari guru orang Bali. Cok Rat menanyakan apa kemampuan saya, saya bilang bisa ngeramal dan Cok Rat mau mengangkatnya sebagai murid tapi harus mandiri tanpa memberatkan orang lain," tuturnya.

Rara melanjutkan, "Bilang bisa ngeramal saya ditanya lagi, bisa ngeramal apa, jangan cuma ngeramal aur-auran. Waktu itu teman-teman banyak bisa tarot dan saya bilang bisa tarot, padahal belum bisa," katanya.

Selanjutnya Cok Rat memberikan sebuah tantangan untuk meramal teman-teman politikusnya di DPD dan sekaligus mencari biaya untuk datang ke Bali.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved