Dharma Wacana
Bagaimana Hari Otonan Anak Lahir Dini Hari? Begini Penjelasan Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda
Banyak orangtua yang bingung atau keliru menentukan otonan (hari lahir) anaknya, yang terlahir dini hari antara pukul 00.01 hingga pukul 05.00 Wita.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda
TRIBUN-BALI.COM, -- Banyak orangtua yang bingung atau keliru menentukan otonan (hari lahir) anaknya, yang terlahir dini hari antara pukul 00.01 hingga pukul 05.00 Wita.
Hal tersebut disebabkan sebagian besar kegiatan dilakukan menggunakan perhitungan universal (masehi), di mana pergantian hari diasumsikan setelah lewat pukul 00.00 atau jam 12 malam.
Perlu kita ketahui, otonan dalam bahasa agama Hindu di Bali disebut dengan sarira samskara atau dalam aspek ritualnya disebut manusa yadnya.
Ketika berbicara mengenai upacara, pastilah kita tidak bisa terlepas dari infrastruktur agama, yakni tantra, yantra, mantra, mandala, dan kala.
Kala atau waktu merupakan aspek penting, karena waktu adalah perputaran, yang di dalam bahasa agama Hindu di Bali disebut dengan wariga (hari).
Dari wariga, lahirlah padewasaan.
Jadi, terkait ritual manusa yadnya, dalam hal ini otonan, setiap manusia itu membawa dewasa-nya masing-masing karena sudah ditentukan oleh hari kelahirannya.
Tapi sekarang banyak masyarakat yang bingung atau bahkan keliru menentukan harinya. Kenapa? Karena saat ini masyarakat lebih banyak mengenal waktu secara universal.
Dipikirnya, setelah pukul 00.00 atau lewat jam 12 malam, hari sudah berganti.
Dalam agama Hindu tidaklah demikian.
Dalam perhitungan Bali, yang namanya rahina/ngawit rahina/memulai hari, pasti saat galang kangin/surya prabatam/awang wetan.
Artinya, saat sinar matahari sudah terlihat, meskipun mataharinya sendiri belum terlihat.
Hal ini wajib dipahami oleh para orangtua, karena fungsi melakukan upacara otonan itu sangat penting.
Kita ketahui bersama, yang disebut kelahiran adalah ketika rohani menjasmani.