Hari Raya Waisak
9 Bhikkhu Ikuti Tradisi ‘Pindapata’ Sambut Trisuci Waisak
Ratusan umat Buddha di Denpasar dan sekitarnya, antusias mengikuti tradisi pindapata atau bhikkhu menerima dana makanan dari umat
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Ratusan umat Buddha di Denpasar dan sekitarnya, antusias mengikuti tradisi pindapata atau bhikkhu menerima dana makanan dari umat di sepanjang jalan mulai dari ujung timur Jalan Wahidin, Denpasar menuju Vihara Buddha Sakyamuni, Rabu (1/5/2019) pagi.
Tradisi ini diikuti 9 orang bhikkhu, yakni YM Saddhaviro Mahathera, YM Suvijano Mahathera, YM Sujano Thera, YM Jayadhammo Thera, YM Cittavaro Thera, YM Bhikkhu Dhammaratano, YM Bhikkhu Indamedho, YM Bhikkhu Piyaratano dan YM Bhikkhu Dhirajayo.
Sembari bersikap anjali, dua telapak tangan tertangkup di depan dada, umat bergiliran memberikan dana makanan siap konsumsi, minuman, makanan kering, juga obat-obatan untuk kebutuhan bhikkhu.
Dengan sabar, umat sudah mulai berjajar di pinggir trotoar dan depan rumah atau toko sejak pukul 06.00 Wita.
Mereka menunggu bhikkhu yang akan lewat untuk menerima dana makan pada pata atau bowl, serupa mangkuk besar yang biasa dibawa oleh bhikkhu.
Didampingi sejumlah pengurus, Oscar NW, Ketua Dayaka Sabha (pengurus) Vihara Buddha Sakyamuni menjelaskan, pindapata dilaksanakan masih serangkaian mahajata atau peringatan HUT Vihara Buddha Sakyamuni dan kegiatan Sebulan Pendalaman Dhamma menjelang Trisuci Waisak 2563 tahun 2019 yang jatuh pada 19 Mei mendatang.
Baca: Gencarkan Cashless, Pertamina Luncurkan Pembelian Dexlite dengan Mandiri e-Money
Baca: Kaos Keos di Sudut Taman Baca Kesiman, Agung Alit Pajang 80 Kaos Sarat Pesan Kritik Sosial
Jika sebelumnya tradisi pindapata hanya dilakukan di lingkungan vihara, sejak tahun 2011 juga dilaksanakan di luar vihara.
“Ini sekaligus memberi kesempatan yang lebih luas kepada umat atau umum siapa saja yang ingin berdana makan kepada bhikkhu. Disamping itu untuk lebih memperkenalkan tradisi pindapata kepada masyarakat luas,” jelas Oscar.
Ditegaskan, pindapata bukan berarti bhikkhu turun ke jalan untuk mengumpulkan derma, melainkan umat dengan ketulusan dan kesadaran sendiri melakukan perbuatan bajik dengan berdana kepada bhikkhu.
Ditambahkan, dana makanan, minuman, dan lainnya yang terkumpul, selain untuk kebutuhan bhikkhu, juga akan disumbangkan melalui kegiatan bakti sosial ke sejumlah tempat yang membutuhkan seperti panti asuhan dan yayasan sosial lainnya.
Dijelaskan, pindapata adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh para Buddha terdahulu dan diikuti oleh para siswanya hingga kini.
Berdana kepada bhikkhu merupakan kesempatan yang sangat baik untuk menanam benih kebajikan.
Pindapata berasal dari bahasa Pali, yang artinya menerima persembahan makanan, sedangkan yang disebut pata/patra adalah mangkok makanan yang digunakan oleh para Bhikkhu.
Hingga saat ini, tradisi pindapata masih tetap dilaksanakan di beberapa negara, seperti Thailand, Kamboja, Myanmar dan Srilanka.
Baca: Megandu, Permainan Tradisional Usai Masa Panen yang Sudah Ada Sejak 1956
Baca: Cita Rasa Khas Badung Utara, Nikmati Kopi Plaga di Toosi Coffee