Hari Raya Waisak
9 Bhikkhu Ikuti Tradisi ‘Pindapata’ Sambut Trisuci Waisak
Ratusan umat Buddha di Denpasar dan sekitarnya, antusias mengikuti tradisi pindapata atau bhikkhu menerima dana makanan dari umat
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Sedangkan di negara-negara lain termasuk Indonesia, tradisi ini sudah jarang dilaksanakan disebabkan banyak faktor yang tidak mendukung pelaksanaan tradisi ini.
Pindapata dilaksanakan oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa pata/patra untuk menerima atau memperoleh dana makanan dari umat guna menunjang kehidupannya.
Pemberian dana makanan kepada para bhikkhu ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada seorang pengemis, peminta-minta, dan lainnya.
Dalam pindapata, seorang bhikkhu/bhikkhuni tidak boleh mengucapkan kata-kata meminta, tetapi umatlah yang secara sadar dan ikhlas.
Selain itu juga harus memberi semangat bakti; memberikan atau mendanakan makanan demi membantu kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha; dan membantu kelangsungan serta melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri.
Bagi para bhikkhu sendiri, pindapata ini merupakan cara untuk melatih diri hidup sederhana, belajar menghargai pemberian orang lain, dan melatih sati yang berartin perhatian atau kesadaran murni, serta merenungkan bahwa fungsi utama makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan badan jasmani agar tidak cepat sakit dan lapuk, bukan untuk kesenangan dan mencari kenikmatan.
Bagi umat Buddha, pindapata merupakan ladang yang subur untuk menanam jasa kebajikan sebab berdana kepada mereka yang menjalani kehidupan suci merupakan suatu berkah utama.
Sementara itu Yuvan P Gunawan, ketua panitia peringatan Trisuci Waisak menambahkan, berbagai kegiatan menjelang peringatan Trisuci Waisak dilaksanakan dengan tujuan menyediakan kesempatan seluas-luasnya kepada umat untuk berbuat baik, yang diharapkan dapat dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. (*)