WIKI BALI
TRIBUN WIKI - 5 Fakta Unik Kampung Jawa di Bali, dari Sejarah hingga Kuliner Primadona
Mayoritas penduduk Bali beragama Hindu. Namun di Bali terdapat Kampung Jawa yang terkenal sebagai wilayah masyarakat muslim terbesar di Bali.
Penulis: Noviana Windri | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Mayoritas penduduk Bali beragama Hindu.
Namun di Bali terdapat Kampung Jawa yang terkenal sebagai wilayah masyarakat muslim terbesar di Bali.
Tepatnya di Dusun Wanasari, Dauh Puri Kaja, Jalan Ahmad Yani, Denpasar, Bali.
Berikut Tribun Bali rangkum fakta tentang Kampung Jawa di Denpasar
1. Sejarah
Sejarah Kampung Jawa tidak lepas dari peristiwa Perang Puputan Badung pada tahun 1906.
Konon, dulu kampung ini merupakan domisili prajurit Jawa yang berjuang bersama pejuang Bali melawan penjajah pada Perang Puputan Badung.
Kampung ini awalnya berlokasi dekat dengan Pasar Badung.
Namun, pada tahun 1907 dipindahkan ke 2 tempat yakni Kampung Jawa Pemecutan dan Kampung Jawa.
Uniknya, meski bernama Kampung Jawa, ternyata mayoritas penduduknya yakni masyarakat dari Pulau Madura.
Baca: Ratusan Santri Ramaikan Lomba Tartil dan Nasyid di Banyuwangi
Baca: Ramadhan Dilight 2019 Level 21 Mall Berik Diskon hingga 50 Persen
2. Masjid Raya Baiturrahmah Simbol Toleransi Masyarakat Bali
Masjid Raya Baiturrahmah ini dibangun sejak tahun 1926.
Itu artinya, pada tahun 2019, Masjid ini sudah berusia 98 tahun.
Masjid Raya Baiturrahmah ini juga sebagai simbol toleransi beragama maryarakat Bali.
Pasalnya, dulu masjid ini berukuran kecil tak sebesar saat ini.
Kemudian, Raja Pemecutan menghibahkan area tanah untuk pembangunan masjid.
Pura pelinggih kecil yang ada di lokasi masjid kemudian dipindahkan atas perintah Raja Pemecutan.
Hingga saat ini, Masjid Baiturrahmah menjadi Masjid Raya Baiturrahmah yang megah seperti sekarang.
3. Makam Muslim Kampung Jawa
Sama halnya dengan kampung lainnya, Kampung Jawa Wanasari memiliki makam dengan luas sekitar 32 are.
Karena lahan di Kota Denpasar sulit didapatkan, penduduk Kampung Jawa yang meninggal dimakamkan tiga hingga lima jenazah dalam satu liang lahat.
Namun, satu liang lahat berisi hanya untuk satu anggota keluarga saja.
Pemakaman ini tidak hanya untuk penduduk Kampung Jawa, melainkan juga untuk masyarakat Muslim di Kota Denpasar dan sekitarnya.
Baca: TRIBUN WIKI : 5 Tempat Ngabuburit Syahdu Dan Antimainstream di Bali
Baca: Berbuka dengan yang Manis Ternyata Tak Menyehatkan, Ini Pilihan Menu Berbuka yang Aman
4. Pasar Ramadan yang Terkenal
Siapa yang tidak kenal dengan Pasar Ramadan Kampung Jawa?
Hampir seluruh masyarakat mengenal pusat berburu takjil dan makanan berbukat saat bulan Ramadan ini.
Berburu takjil dan makanan berbuka puasa bisa ditemukan di Pasar Ramadhan Masjid Raya Baiturrahmah, Kampung Jawa, Wanasari, Jalan Ahmad Yani, Denpasar, Bali.
Setidaknya lebih dari 50 pedagang takjil dan makanan berjualan di pasar yang hanya ada setahun sekali ini.
Mulai dari jajanan pasar, berbagai jenis sate, minuman, dan berbagai jenis lauk pauk semua dijual di Pasar Ramadan.
Baca: Berbuka dengan yang Manis Ternyata Tak Menyehatkan, Ini Pilihan Menu Berbuka yang Aman
Baca: Bukan Sekadar Takjil Buka Puasa, Ternyata Kolak Punya Filosofi Mendalam yang Jarang Diketahui
5. Sate Susu Primadona Kuliner Kampung Jawa
Meskipun tak diketahui pasti, sate susu sudah diolah oleh masyarakat sejak tahun 1963 dan menjadi primadona kuliner khas Kampung Jawa.
Sesuai dengan namanya, sate susu terbuat dari payudara sapi.
Uniknya, kuliner ini adalah kuliner khas Kampung Jawa Wanasari yang ada pada saat Ramadan saja.
Berbeda dengan sate pada umumnya, bumbu sate susu berasal daei tepung beras dicampur dengan santan.
Sedangkan rempah yang dipakai bumbu yakni kencur, cabai rawit dan bawang putih.
Untuk menikmati sate susu ini juga tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam, yakni Rp 10 ribu/porsi isi 10 tusuk.
Namun, ada juga yang menjual dengan harga Rp 2 ribu/tusuk. (*)