Kadispar Sebut Kunjungan Wisdom ke Bali Turun 12 Persen Akibat Harga Tiket Pesawat Mahal
Indonesia memasuki masa high season liburan Lebaran tahun 2019, namun hal tersebut tidak menunjukkan peningkatan kunjungan wisdom ke Bali
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
Kadispar Sebut Kunjungan Wisdom ke Bali Turun 12 Persen Akibat Harga Tiket Pesawat Mahal
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Indonesia memasuki masa high season liburan Lebaran tahun 2019, namun hal tersebut tidak menunjukkan peningkatan kunjungan wisatawan domestik (wisdom) ke Bali.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, AA Gede Yuniartha Putra menyampaikan adanya penurunan kunjungan wisatawan domestik ke Bali sampai 12 persen.
“Turunnya 12 persen itu sudah sangat kelihatan. Daerah lain bahkan sampai 50 persen penurunannya. Saya tidak tahu penyebabnya apa, tapi inilah yang terjadi,” kata Yuniartha saat dihubungi Tribun Bali, Jumat (31/5/2019).
Penurunan kunjungan khusus wisdom itu terjadi dari awal Januari sampai akhir Mei 2019, sedangkan wisatawan mancanegara masih normal.
“Kedepan ini masih berharap supaya saat libur Lebaran bisa meningkat. Tapi saya juga tidak berani memastikan karena harga tiket pesawat yang masih tinggi,” ujarnya.
Baca: PLN UID Bali Siapkan Posko Idul Fitri Bagi Pemudik
Baca: DisnakerESDM Bali Tindaklanjuti Satu Perusahaan yang Tak Berikan THR untuk Karyawan
Disamping itu, dengan beralihnya wisdom dari menggunakan moda transportasi udara ke darat, seperti kereta api, bus atau mobil pribadi, sehingga sulit untuk memprediksi kedatangan para wisdom ke Bali.
Untuk meningkatkan kunjungan, pihaknya pun sudah bertemu dengan asosiasi pariwisata di Bali.
Selanjutnya juga sudah disarankan kepada mereka agar pada saat low season membuat hot deal (penawaran, red) semacam paket dengan tidak menurunkan harga, namun dengan satu kali datang ke Bali mereka bisa mendapatkan layanan tambahan, seperti trip ke destinasi wisata dan perpanjangan waktu menginap di hotel.
“Nanti kedepan kita akan bikin semacam big sale. Jadi penambahan paket tapi yang tidak memengaruhi harga,” jelasnya.
Yuniartha menyampaikan tidak akan ada kenaikan harga hotel yang terlalu signifikan pada masa libur Lebaran nanti.
“Kita tidak naik aja berat sebenarnya, apalagi kalau harga tiket naik, hotel naik, habis kita,” ujarnya.
Baca: Unggul 3-1 Atas Tabanan, Denpasar Rebut Gelar Juara Porsenijar Bali 2019 Cabor Sepakbola
Baca: Mudah Merasa Lapar Meski Sudah Makan? Bisa Jadi Ini Penyebabnya
Tahun sebelumnya, kata dia, kenaikan kunjungan wisdom ke Bali bisa mencapai 10 hingga 15 persen.
Namun saat ini diakuinya jumlah kamar hotel yang telah dipesan menjelang libur Lebaran tahun 2019 ini masih sedikit sekali.
“Makanya ini mengkawatirkan. Berbicara target saya belum bisa sampaikan dengan kondisi seperti ini. Kecuali nanti sudah terbiasa dengan harga yang tinggi ini, beda lagi,” tandasnya.
Tak dipungkiri, masalahnya adalah antara tiket ke luar negeri dan domestik lebih mahal tiket tujuan domestik.
Maka untuk memulihkan kondisi pariwisata di Indonesia, khususnya Bali, harga tiket pesawat harus segera diturunkan.
Sementara itu, Ketua DPD Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASITA) Bali, I Ketut Ardana juga mengeluhkan kunjungan wisatawan domestik yang turun 40 hingga 50 persen karena harga tiket pesawat yang cukup mahal.
Baca: Anak Telantar Dianiaya Orangtua Asuh di Depok, Kemen PPPA Pastikan Perlindungan dan Hak Anak
Baca: Hore untuk Brem dan Arak!
“Saya kasi contoh, saya terbang ke KL (Kuala Lumpur) harga tiketnya Rp 2,5 juta return, terbangnya 3 jam. Beberapa hari kemudian saya terbang ke Jakarta, terbangnya hanya 1,5 jam (dari Bali), harga tiketnya Rp 4 juta return. Bayangkan itu,” kata Ardana.
Menurutnya, kondisi seperti itu sangat berpengaruh bagi industri pariwisata untuk bisa mendatangkan turis.
Kendati pun para biro perjalanan wisata berusaha untuk memberikan harga bottom price, tapi kalau harga tiket pesawatnya mahal, para wisdom itu akan berpikir juga untuk bepergian karena mereka tidak memiliki kemampuan membayar tiket semahal itu.
Namun dalam libur Lebaran 2019 ini pihaknya meyakini pasti ada peningkatan kunjungan dari penurunan yang siginfikan itu, karena Bali masih menjadi salah satu destinasi pilihan.
“Kami prediksi bangkitnya paling hanya 10 persen,” ujar Ardana. (*)