Orangtua Siswa Keluhkan Tirtayatra SMPN 1 Banjar, Tidak Ikut Wajib Bayar Setengah Uang Transportasi

Tirtayatra yang dilakukan oleh SMP Negeri 1 Banjar, Kecamatan Banjar, Buleleng menuai protes dari orangtua siswa

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Putu Supartika
Ilustrasi persembahyangan. Orangtua Siswa Keluhkan Tirtayatra SMPN 1 Banjar, Tidak Ikut Wajib Bayar Setengah Uang Transportasi 

Orangtua Siswa Keluhkan Tirtayatra SMPN 1 Banjar, Tidak Ikut Wajib Bayar Setengah Uang Transportasi

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Tirtayatra yang dilakukan oleh SMP Negeri 1 Banjar, Kecamatan Banjar, Buleleng menuai protes dari orangtua siswa.

Sebab sang anak tetap harus membayar setengah uang transportasi meski tidak mengikuti kegiatan yang digelar dalam rangka perpisahan siswa kelas IX itu.

Tirtayatra ini digelar pada Selasa (11/6/2019) menggunakan bus.

Peserta tirtayatra adalah pelajar kelas IX.

Untuk mengikuti kegiatan spiritual ini, pelajar pun harus membayar sebesar Rp 150 ribu.

"Situasi orangtunya begini, pas-pasan. Kalau tidak ikut, tetap harus bayar juga tapi setengah Rp 75 ribu. Menurut saya keputusan itu kurang bijak. Bahkan anak saya diberikan kuitansi tanpa tanda tangan bendahara sekolah," keluh orangtua siswa yang namanya enggan disebutkan ini.

Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Banjar, Wayan Sutarjana membenarkan siswa yang tidak ikut kegiatan tirtayatra dikenakan setengah biaya transportasi sebesar Rp 75 ribu.

Baca: PCX Charity Ride Wujud Saling Berbagi ke Panti Sosial

Baca: Pendonor Langka, RSD Mangusada Kekurangan Stok Darah AB

Sebelum tirtayatra dilakukan, pihaknya bersama komite sekolah sudah mengadakan rapat bersama dengan orangtua siswa.

"Sudah ada kesepakatan dengan orangtua siswa. Kegiatan ini juga sudah kami sampaikan ke dinas dan dewan pengawas. Kelas IX wajib ikut tirtayatra. Orangtua yang datang setuju dengan kegiatan itu, lalu bagi siswa yang tidak ikut kena setengah untuk membiayai yang ikut ini," jelasnya.

Sutarjana tetap memungut setengah biaya transportasi untuk mensubsidi kegiatan.

Selain tirtayatra di Pura Sakenan, Denpasar, pihaknya juga menggelar study tour ke Desa Wisata Penglipuran serta makan siang di daerah Sanur.

"Ada sembilan bus yang berangkat. Diikuti 380 siswa kelas IX, dari total siswa 415. Rp 150 ribu itu untuk biaya transportasi, makan, dan upacara. Kegiatan yang kami lakukan ini atas kesepakatan musyawarah mufakat bersama orangtua siswa," kata dia.

Sementara Ketua Dewan Pendidikan, I Gusti Ngurah Agung mengaku sudah menerima terkait adanya keluhan dari orangtua siswa tersebut.

Baca: Mengaku Bisa 8 Kali Sehari Berhubungan Suami Istri, Ini Fakta Dan Masa Lalu Barbie Kumalasari

Baca: Ayunan Bermakna Poros Kehidupan, Sarana Upacara Usaba Sambah di Tenganan Pegringsingan

Keluhan iti bahkan sudah disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Gede Dharmaja untuk segera disikapi.

Program ini bisa saja dilakukan oleh pihak sekolah selama mendapatkan persetujuan oleh masing-masing orangtua siswa, serta tidak memberatkan terkait biaya yang harus dikeluarkan.

"Tidak memberatkan dan tidak ada pemaksaaan. Jangan sampai tidak ikut, rapor tidak diberikan atau ijazah tidak diberikan. Itu tidak benar," katanya.

Lalu bagaimana dengan tindakan sekolah yang tetap memungut uang transportasi meski siswanya tidak ikut?

"Harus segera disikapi. Kepala Dinas Pendidikan sudah saya minta untuk disikapi secara bijak. Saya rasa teman-teman bisa menerjemahkan itu ya," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Dharmaja mengaku belum menerima laporan terkait keluhan orangtua siswa di SMP Negeri 1 Banjar ihwal program tirtayatra tersebut. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved