Penjernih Air yang Dijanjikan Jokowi di Tukad Badung Sudah Datang, Pemasangan Perlu Listrik 400 Watt

Alat penjernih ini bernama nano bubble yang dipasang di bawah sisi selatan jembatan Jalan Gajah Mada, Denpasar

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Putu Supartika
Pemasangan alat penjernih air di Tukad Badung, Rabu (19/6/2019). Penjernih Air yang Dijanjikan Jokowi di Tukad Badung Sudah Datang, Pemasangan Perlu Listrik 400 Watt 

Penjernih Air yang Dijanjikan Jokowi di Tukad Badung Sudah Datang, Pemasangan Perlu Listrik 400 Watt

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam kunjungan kerjanya pada Sabtu (18/5/2019) lalu, Presiden RI Joko Widodo sempat mengatakan bahwa air di Tukad Korea atau Taman Kumbasari Tukad Badung kurang jernih.

Oleh karena itu, ia menjanjikan akan memberikan penjernih air untuk melakukan penjernihan.

Kini penjernih air yang berjumlah tiga unit ini sudah dipasang di Tukad Badung sejak Senin (17/6/2019) kemarin, dan akan diserahterimakan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar.

Alat penjernih ini bernama nano bubble yang dipasang di bawah sisi selatan jembatan Jalan Gajah Mada, Denpasar.

Menurut pengawas pemasangan alat ini, Johan dari Kementerian LHK, pemasangan alat ini dilaksanakan selama dua hari sesuai dengan pasokan listrik yang ada.

Karena alat ini memerlukan listrik 400 watt.

Johan mengatakan, cara kerja alat ini yaitu menghidupkan bakteri atau plankton penjernih air, menghidupkan bakteri atau plankton yang mati untuk menambah kualitas udara dalam air.

"Pada alat ini ada generator oksigen dan ozon dimana kedua zat ini diolah dan masuk ke pompa. Nanti pompa menyemprotkan nano atau mikro dari percampuran itu dengan jaraknya kurang lebih 20 meter," katanya saat ditemui di Tukad Badung, Rabu (19/6/2019).

Baca: AirAsia Kembali Dinobatkan Sebagai LCC Terbaik Dunia pada Skytrax World Airline Awards 2019

Baca: Cara Mengatur Isi Kulkas yang Tepat agar Makanan Tetap Segar, Rak Nomor 2 Untuk Ini

Penjernihan ini menggunakan konsep ekoriparian yang bertujuan mengembalikan sungai sebagai sumber kehidupan, dan menjadikan sungai sebagai halaman depan tempat publik berinteraksi.

Sebelum di Denpasar, hal ini sudah diterapkan di Sungai Ciliwung di ruas Srengseng Sawah, DKI Jakarta, di Sungai Cidadap (Anak Sungai Citarum) Provinsi Jawa Barat, di Danau Maninjau Provinsi Sumatera Barat, di Danau Toba Provinsi Sumatera Utara serta di Situ Pladen Kota Depok.

Teknologi pemulihan kualitas air nano bubble yang dapat diterapkan langsung pada badan air adalah Teknologi Plasma Nano Bubble yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan Instrumentasi, LIPI.

Teknologi tersebut terdiri dari dua sub-sistem, yaitu Plasma Generator dan Nano Bubble Generator. 

Pada permukaan air, pengumpul oksigen (oxygen collector) menangkap udara dan mengambil unsur oksigen.

Oksigen kemudian masuk ke plasma generator, lalu sebagian oksigen diubah dalam bentuk ozon.

Setelah itu, ozon (O3) dan oksigen (O2) tersebut dinjeksikan atau dialirkan melalui nano nozzle ke kolom air sebanyak 10 litter per menit berbentuk partikel berukuran mikro dan nano.

Tujuannya, ozon bisa menguraikan bau dan zat organik serta membunuh bakteri patogen.

Baca: 3 Fakta Pasutri Suguhkan Adegan Mesum Secara Live, Penonton Dimintai Tarif Rp 5.000

Baca: Bawa Ganja 1,36 gram WNA Asal Amerika Ini Diamankan Petugas di Bandara I Gusti Ngurah Rai

Sedangkan nano bubble generator berfungsi untuk menambah oksigen terlarut dalam kolom air sebanyak 22 meter kubik per jam, sehingga dapat mengaktifkan mikroorganisme pengurai yang hidup di kolom air maupun sedimen.

Oksigen berukuran nano tersebut di laboratorium dapat bertahan dalam kolom air sampai 30 hari, berbeda dengan masa hidup gelembung oksigen dari aerator biasa yang hanya berapa menit.

Karena masa hidup gelembung oksigen berukuran nano sekitar 1 bulan, maka oksigen gelembung nano dapat bercampur dalam aliran air dan bereaksi dengan berbagai parameter pencemaran air dalam waktu yang cukup lama.

Sehingga efektif menghilangkan kelebihan ganggang dan mikroorganisme patogen, meningkatkan transparansi air, peningkatan oksigen terlarut, menurunkan konsentrasi bakteri e-coli dan total coliform, BOD-5, COD, TN serta TP dan juga parameter kualitas air lainnya, yang pada akhirnya dapat menjadikan kualitas air dan ekosistem air sungai sesuai dengan peruntukan dan baku mutunya.

"Kejernihan tergantung alat dan media, khusus di sini, tingkat kejernihan perlu proses, biasanya nanti banyak ikan dan udang muncul yang berarti ekosistem mulai hidup," katanya.

Alat ini juga sangat efektif untuk menghilangkan bau air pada sungai.

Untuk kejernihan, karena airnya mengalir, efeknya akan terasa di hilir pada radius 50-80 meter.

Baca: Menikmati Sunset Ditemani Pertunjukan Tari Bali di Discovery Shopping Mall, Catat Tanggalnya

Baca: Diuji Keterangannya oleh Hakim MK Dewa Gede Palguna, Saksi: Maaf, Saya Tak Bisa Memastikan

"Efeknya akan semakin bagus jika airnya tenang seperti di danau," katanya.

Dan khusus untuk Tukad Badung, efeknya baru bisa dilihat dua atau tiga minggu setelah pemasangan.

Untuk satu paket alat penjernih ini yang terdiri atas dua alat nano bubble dan dua plasma seharga Rp 200 juta.

Sementara untuk perawatan, pompanya harus terhindar dari sampah, atau kerikil dan pasir sehingga harus sering dibersihkan.

"Nanti akan dikasi SOP-nya, karena air ini mengalir. Tadi pagi saja sudah ada beberapa sampah yang nyangkut," katanya.

Lebih lanjut, pemasangan alat ini juga akan dievaluasi apakah tetap di tempat itu atau dipindah ke tempat yang airnya lebih tenang. 

Penyerahan alat ini juga dirangkaikan dengan kunjungan delegasi 17 negara Asia Afrika yang akan breakfast di bantaran Tukad Badung, Taman Kumbasari, Denpasar.

Sebanyak 50 orang delegasi ini akan didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehuanan, Siti Nurbaya Bakar.

Direktur Umum PD Pasar Kota Denpasar, AAN Yuliartha mengatakan acara ini dimulai pukul 08.00 - 09.00 Wita.

"Kegiatannya sejenis standing party," katanya.

Dan ada kemungkinan mereka melihat aktivitas di dalam pasar.

"Sehingga kami koordinasi dengan semua OPD untuk persiapan termasuk urusan niskala, tukang terang biar tidak hujan karena di tempat terbuka tidak pasang tenda," katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved