Ada 4 Rencana Proyek Besar di Pesisir Bali Selatan, Walhi Ingatkan Potensi Bencana Tambang Pasir

Walhi memperingatkan potensi terjadinya bencana akibat adanya tambang pasir di wilayah Bali selatan.

Penulis: eurazmy | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Eurazmi
Peneliti dari Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB) UPN Yogyakarta, Eko Teguh Paripurna menjadi pembicara dalam acara Bersua #4 di Kantor Walhi, Denpasar, Jumat (21/6/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hingga saat ini, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) di Bali terus dibahas menjadi Ranperda.

Diketahui, ada empat rencana proyek besar di wilayah pesisir Bali selatan kedepannya.

Karena itu Walhi memperingatkan potensi terjadinya bencana akibat adanya tambang pasir di wilayah Bali selatan.

Empat rencana proyek tersebut adalah reklamasi Teluk Benoa, tambang pasir di pesisir barat Kuta hingga Canggu, perluasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dan perluasan kawasan Pelabuhan Benoa oleh Pelindo III Cabang Benoa. 

Kalangan pemerhati dan aktivis lingkungan khawatir, empat proyek yang diyakini saling terkait ini bakal memunculkan permasalahan baru bahkan potensi bencana alam yang tinggi.

Direktur Walhi, Made Juli Untung Pratama mengatakan berbagai proyek tersebut kerap memunculkan risiko baru bagi ekosistem yang telah ada. 

Sayangnya, tidak banyak kajian dan informasi yang bisa diakses masyarakat terkait dampak tersebut.

''Padahal masyarakat merupakan kelompok yang paling rentan berhadapan langsung dengan permasalahan alam yang timbul akibat proyek-proyek itu,'' kata dia saat acara Bersua Volume 4 di Kantor Walhi, Denpasar, Jumat (21/6/2019).

Pihaknya kini mengajak masyarakat untuk belajar bersama memahami risiko bencana pada reklamasi dan tambang pasir laut di pesisir Bali Selatan. 

Dalam memahami resiko bencana itu, Walhi mendatangkan salah satu pembicara yakni Peneliti dari Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurna.

Eko mengatakan, tambang pasir sudah pasti berdampak buruk bagi lingkungan dan juga manusianya.

Kata dia, tambang pasir bisa mengubah tingkat sedimentasi dan abrasi suatu pantai. Hal ini semakin meningkatkan potensi bencana seperti tsunami.

Selain itu, perairan laut di sekitar tambang sudah pasti tercemar dan akan berdampak pada ekonomi kelompok rentan, khususnya nelayan dan juga mencoreng ikon pariwisata dan berdampak pada pelaku pariwisata.

"Tambang pasir tak mungkin tak berisiko. Harusnya sebelum ada tambang sudah ada dipetakan segala macam resikonya,'' katanya.

Sebab itu, harusnya ada sosialisasi yang baik sebelum melakukan pembangunan. Perlu dihitung berapa kerugian warga jika tambang pasir benar-benar diizinkan jalan.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved