Kronologi Bule Prancis Usir Warga Bakar Ikan di Pantai Pemaron, Emosi Jem Tersulut Tantangan Duel
Ia tak habis pikir aktivitasnya membakar ikan di pinggir pantai Desa Pemaron justru dilarang oleh WNA asal Prancis bernama Roussel Gil Pascal Andre
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Emosi Ketut Agus Suadnyana alias Jem Tatto (33), tersulut.
Ia tak habis pikir aktivitasnya membakar ikan di pinggir pantai Desa Pemaron justru dilarang oleh WNA asal Prancis bernama Roussel Gil Pascal Andre (51).
Warga asal Dusun Dauh Margi, Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng ini mengatakan, ia bahkan sempat ditantang berkelahi dengan bule tersebut.
Kericuhan ini pun sempat viral di sosial media Facebook.
"Dia (Roussel) sudah sering bikin onar dengan masyarakat sekitar," ujar pria yang merupakan musisi sekaligus youtuber ini, Senin (2/9).
Jem sapaannya menuturkan, Minggu sore sekira pukul 17.30 Wita, ia bersama dengan keluarganya hendak berekreasi sambil memanggang ikan di pinggir pantai Desa Pemaron atau lebih tepatnya di depan rumah milik Roussel.
Jem mengaku bila aktivitasnya seperti mengumpulkan ranting-ranting pohon untuk pembakaran sudah diawasi oleh Roussel dengan tatapan sinis.
Namun Jem berusaha untuk tidak menghiraukannya lantaran aktivitas rekreasinya dilakukan tepat di pinggir pantai yang merupakan fasilitas milik umum.
Puncaknya, Roussel tiba-tiba memanggil Jem dari balik pagar dan memberikan tong sampah berisikan dedaunan kering.
"Dia kira saya itu mau membakar sampah. Saya jamu dia dengan senyuman, saya tolak baik-baik," ujarnya.
"Saya bilang sorry saya tidak butuh sampah itu, saya hanya butuh kayu untuk bakar ikan. Terus dia tanya memangnya boleh bakar-bakar di sana? Ya saya jawab boleh, karena pantai ini kan fasilitas umum. Saya bakar ikan juga di areal pasir pantai, bukan di rumah bule itu," sambung Jem.
Setelah menyebut pantai itu adalah milik fasilitas umum, Roussel kata Jem, menantang hendak membakar sampah juga di depan rumah milik Jem.
Atas pernyataan bule tersebut, Jem pun naik darah.
"Saya emosi. Dia mengundang saya untuk berkelahi, dia sudah memasang kuda-kuda. Saya sudah emosi sekali. Saya ambil batu pakai jaga-jaga. Saya tanya apa maksudmu berbicara begitu. Sampai saya panggil orangtua saya, kepala desa dan warga sekitar," tuturnya.
"Orang lewat di depan rumahnya kadang dilarang. Padahal kan trotoar itu dibuat pemerintah untuk digunakan masyarakat jogging. Saya harap aparat terkait segera menindaklanjuti," sambung dia.