Musim Kemarau Berdebu, Musim Hujan Berlumpur, Potret Jalan Antar Banjar di Desa Ban, Kubu
Sejumlah titik jalan antar banjar di Desa Ban, Kecamatan Kubu, belum diaspal. Hal ini membuat jalan tersebut berdebu saat musim kemarau
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Sejumlah titik jalan antar banjar di Desa Ban, Kecamatan Kubu, belum diaspal.
Hal ini membuat jalan tersebut berdebu saat musim kemarau seperti saat ini.
Debu tebal di permukaan jalan sampai masuk ke rumah-rumah. Warga sampai terjangkit penyakit gangguan pernapasan seperti flu dan batuk.
Warga Desa Ban, Nengah Lastra mengatakan, jalan antar banjar di Desa Ban berdebu sejak Juni 2019 lalu.
Setiap hari, debunya kian tebal. Pengendara motor dan para pejalan kaki mengaku tak kuat saat melintas jalanan itu.
"Tahun sekarang yang paling parah. Debunya tebal hingga masuk ke rumah warga," ujar Lastra saat dijumpai Tribun Bali, Senin (30/9/2019).
• TRIBUN WIKI - 10 Lagu Bali Lawas yang Masih Hits hingga Kini
• Begini Pengakuan Massa Pelajar yang Diajak Demo ke DPR RI, Ternyata Diiming-imingi Uang Rp 40.000
Sementara itu, Perbekel Desa Ban, I Wayan Potag mengatakan, jalan di Desa Ban belum mendapat proyek hotmix.
Masalah tak hanya saat musim kemarau. Saat hujan pun jalan-jalan di Desa Ban jadi masalah. Debu berubah jadi lumpur.
Ia mengatakan, jalan yang berdebu saat musin kemarau yakni di Banjar Dlundungan, Jatituhu, Belong, Bonyoh, Darmaji, Bunga, dan Daya.
Lokasinya di 20 titik. Status jalan tersebut merupakan wewenang kabupaten dan desa. Ia pun berharap ada perbaikan.
Potag mengatakan, akibat kondisi jalan tersebut, aktivitas warga terhambat. Siswa yang melintas jalan harus pelan-pelan. Kata dia, saat diterpa angin, pakaian mereka kerap kali terlihat kotor.
Kondisi jalan seperti ini juga berdampak pada kesehatan.
Beberapa warga mengalami batuk dan pilek karena debu.
• Kisah dari Wamena, Warga Pendatang Diungsikan ke Gereja hingga Trauma yang Masih Membekas
• Rangkuman Drama 7 Jam Aksi Demo yang Berujung Rusuh di Sekitar Gedung DPR
Meski demikian, Potag belum bisa memastikan berapa warganya yang yang terkena penyakit gangguan pernapasan.
"Pastinya kondisi ini tidak baik untuk kesehatan," ungkapnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karangasem, Nyoman Sutirtyasa belum bisa dihubungi terkait kondisi jalan di Desa Ban.
Namun sebelumnya ia mengatakan, jalan di Desa Ban banyak belum dihotmix karena kecilnya anggaran.
Pihaknya berjanji akan memperbaiki secara bertahap. Jika kerusakan parah, kemungkinan akan segera mendapat prioritas perbaikan.
Tapi kalau kerusakan ringan, kemungkinan akan dikerjakan menggunakan anggaran pemeliharaan tiap tahun.
Menunggu Respons Pemkab
Perbekel Desa Ban, I Wayan Potag mengungkapkan, jalan di Desa Ban yang belum dihotmix mencapai 60 persen.
Lokasinya sebagian besar berada di wilayah pegunungan. Sedangkan yang sudah dihotmix di lokasi keramaian atau jalan-jalan utama.
• Gelapkan Giwang Emas 22 Karat, Kejahatan Pegawai Toko Emas Ini di Denpasar Selama 2 Tahun Terungkap
• DPRD Bali Tindaklanjuti Aspirasi ke Presiden dan DPR, Adi Wiryatama: Saya Tidak Lari
Untuk diketahui, jalan yang belum dihotmix sebagian berstatus milik desa dan kabupaten.
Panjang jalannya rata-rata tiga sampai lima kilometer dengan lebar tiga meter.
Jalan tersebut berdebu sudah sejak belasan tahun namun belum dapat perbaikan dari pemerintah hingga saat ini.
Warga pun menunggu respons Pemkab Karangasem untuk segera membenahi jalan tersebut. (*)