WIKI BALI
TRIBUN WIKI - Dari Mesbes Bangke hingga Gebug Ende, 6 Tradisi Ekstrem yang Ada di Bali
Dari sekian banyak tradisi yang ada, beberapa di antaranya bisa dibilang sebagai tradisi yang ekstrem.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tangan kanan menggenggam seikat daun pandan berduri, tangan kiri memegang perisai atau tameng dari rotan
Selama kurang lebih tiga menit pertandingan satu lawan satu antara para teruna desa.
Mulai dari anak-anak, pemuda dewasa, hingga orang tua bergantian turun ke arena yang dikhususkan untuk menggelar Perang Pandan.
Saling megeret tubuh lawan tandingnya, itulah yang dilakukan dalam tradisi ini.
Tampak luka-luka mengenai bagian tubuh para pemuda tersebut.
Meski terasa sakit, namun mereka melakukannya dengan sukacita.
Ritual tahunan ini sebagai bentuk simbol penghormatan kepada Dewa Indra atau Dewa Perang yang dipuja masyarakat Desa Tenganan.
• Mendagri Kembali Tetapkan Banyuwangi sebagai Kabupaten Terinovatif Se-Indonesia
• Waga Lampung Utara Syukuran & Merasa Merdeka Saat Bupatinya Kena OTT KPK, Ini Sikap NasDem
3. Terteran

Sehari sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi atau pengerupukan warga Desa Adat Jasri, Kecamatan Karangasem, Bali, berkumpul di sekitar Jalan Raya Ahmad Yani.
Mereka berkumpul guna melakukan tradisi terteran atau perang api yang bermakna untuk mengusir sifat bhutakala (kejahatan).
Tradisi ini digelar setiap dua tahun sekali.
Sebelum mengelar perang api (terteran) sebagian warga Desa Jasri berkeliling disekitar Desa Jasri. Mereka mengiring bhatara yang turun (tedun) di rumah pemangku.
Usai mengiring, seluruh warga Desa Jasri langsung menggelar upacara pecaruan di sekitar Pantai Jasri (segara). Ini dilakukan guna meminta permohonan keselamatan kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa.
Saat pulang dari upacara pecaruan, sebagian pemedek yang datang dari arah selatan (Pantai Jasri) ditunggu sebagian warga yang berkumpul di bagian utara.
Sesampai di pertigaan Jalan Ahmad Yani, rombongan pengiring langsung dilempar dengan daun kelapa yang berisi api.
Hal ini dilakukan sebanyak tiga sesi oleh warga sekitar.
Tujuannya, agar sifat - sifat bhutakala tak ikut dibawa menuju Desanya.
• Intip 3 Cara Maskapai Indonesia Menangkan Loyalitas Wisatawan Muda dari Amadeus
• Sama-Sama Masuk Parit, Tabrakan Truk VS Bus di Hutan Cekik, Sopir Dapat 10 Jahitan di Kepala