Dalam 5 Menit Darwis Triadi 'Potret' Situasi Pikiran Jokowi Sedang Berat dan Tak Rileks
Cerita Darwis Triadi terpilih untuk memotret Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Maruf Amin.
Jauh karena memotret kepala negara memiliki tanggung jawab moral yang sangat besar, karena itu me-represent bangsa dan negara kita yang dilihat di luar. Bukan hanya foto. Harus ke sana. Makanya, sederhana saja, kalau kita lihat fotonya Pak Karno zaman dulu, kan gila itu, sampai bisa dikoleksi. Seperti itu yang saya inginkan. Nantinya foto-foto Bapak ini bisa menjadi suatu koleksi, suatu sejarah. Saya mau seperti itu karena mempunyai bobot tersendiri. Itulah tantangan saya sebetulnya dan pencapaian itu memang harus kita lakukan lewat sebuah proses.
Seperti apa sosok Jokowi - Maruf Amin di mata Darwis Triadi?
Waktu itu politik panas, kemudian digabungkan. Saya sempat bertanya, apakah kombinasi Bapak dengan Pak Kiai ini matching atau tidak. Tapi pikiran saya itu sirna setelah mengadakan Pemotretan pertama dengan Bapak dan Pak Kiai untuk kampanye. Di situ saya melihat sosok Pak Jokowi itu ngemong dan respect kepada Pak Kiai. Itu sangat luar biasa. Sedangkan Pak Kiai memposisikan diri sebagai sosok senior yang wise, tapi dihargai oleh Bapak karena memang posisinya Bapak nomor satu, Pak Kiai nomor dua.
Menurut saya itu suatu siklus energi yang luar biasa. Bahkan pada Pemotretan yang kedua, jawabannya konkret, jelas. Bapak Kiai Maruf difoto lebih dulu. Dipersilakan oleh Bapak. Setelah selesai, Bapak mengantarkan ke mobil. Begitu Pak Kiai Maruf sudah pergi, baru Bapak bilang, "Mas, oke sekarang saya sudah siap." Saya sampai bilang, "Saya tidak menemukan kepala negara yang seperti ini." Apa artinya? Pak Jokowi itu betul-betul tidak menempatkan diri sebagai orang nomor satu sebetulnya. Dia melayani. Saat memotret Bapak, saya belajar di situ. Saya melihat luar biasa. Sebetulnya dari apa yang dilakukan sekelibat itu saja, kalau orang normal bisa membaca sosok Pak Jokowi seperti apa? Sederhana, kan? Kita tidak perlu ngomong ngalor-ngidul politik segala macam. Kalau kita orang pintar, begitu melihat dalam beberapa detik, kita bisa tahu.
(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Tribunnews.com/Dennis Destryawan)
