Dewan Pertanyakan Selisih Anggaran Hibah KONI 2020 Sebesar Rp 700 Juta
Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Denpasar menggelar Rapat Hearing Anggaran Hibah dengan KONI Denpasar
Penulis: Putu Supartika | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Denpasar menggelar Rapat Hearing Anggaran Hibah dengan KONI Denpasar yang digelar Kamis (24/10/2019) siang.
Rapat ini dipimpin oleh Wakil Ketua DPRD Denpasar, I Wayan Mariyana Wandhira.
Pada kesempatan tersebut, anggota Banggar yang juga anggota Komisi III DPRD Kota Denpasar, AA Susruta Ngurah Putra menyoroti terkait selisih anggaran hibah KONI tahun 2019.
Dalam rapat tersebut, Ketua KONI Denpasar, Ida Bagus Toni Astawa membacakan jika anggaran hibah tahun 2020 sebesar Rp 17.1 miliar.
Akan tetapi di rancangan APBD tahun 2020 menurut Susruta anggaran tertulis sebesar Rp 17.8 miliar.
"Di RAPBD tertulis Rp 17.821.391.000, tapi disebutkan Rp 17.184.741.000. Ini ada selisih sebesar Rp 700 juta," kata Susruta.
• Festival Band Remaja 2019 Wadah Bagi Remaja Banyuwangi Menyalurkan Bakat Bermusik
• Tidak Menggunakan Deterjen, Ini Cara Tepat Mencuci Kain Tenun Agar Tak Luntur
Sehingga dirinya meminta agar KONI melakukan pengecekan kembali agar nantinya tidak ada kesalahan.
"Tolong berapa yang dianggarkan untuk KONI biar nanti saya sampaikan. Karena ini kelebihan posting Rp 700 juta," katanya.
Selain itu Susruta juga mempertanyakan anggaran jumlah cabor yang diusulkan dengan jumlah cabor yang tergabung di KONI.
Dimana cabor yang tergabung di KONI sebanyak 34, namun yang diusulkan sebanyak 36 cabor.
Menurutnya tak ada aturan yang bisa melegalkan dua cabor yang tak tergabung dengan KONI ini mendapat anggaran pembinaan.
Susruta juga menyoroti ada pengurus KONI yang masih menjadi pejabat struktural di Pemkot Denpasar yakni Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar, I Made Erwin Suryadharma Sena.
Susruta mengatakan hal ini bertentangan dengan peraturan dikarenakan hal tersebut bertentangan dengan perundang-undangan yang ada.
"Kalau pendampingan tidak masalah, namun jika pejabat struktural ikut dalam kepengurusan, ini bertentangan dengan perundang-undangan," katanya.
• Indonesia Terpilih Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Stadion Dipta Gianyar Akan Jadi Venue
• Niatnya Bikin Prank, Andika Kangen Band Malah Ditangkap Satpol PP Saat Jadi Gelandangan
Anggota Banggar lain, Ketut Suteja Kumara juga menyoroti terkait penganggaran dua cabor yang belum bergabung dengan KONI.
Menurutnya hal ini bisa menyebabkan ada anggaran tapi tidak digunakan sehingga ini bisa menjadi Silpa.
"Ini bahayanya bisa terjebak, dianggarkan tapi tidak digunakan tentu jadi Silpa, yang artinya tidak ada prestasi. Ini kan uang rakyat jadi penggunaannya harus selektif," katanya.
Suteja juga menyoroti kepengurusan KONI yang anggotanya berasal dari pejabat struktural.
Walaupun di tempat lain ada yang melakukannya, namun menurut Suteja, KONI Denpasar tak harus mengikuti daerah lain dan harus tunduk pada perundang-undangan.
"Ini kan Hukum, tidak bisa bercontoh pada yang lain, jangan sampai jadi masalah," katanya.
Terkait adanya selisih anggaran hibah pada RAPBD 2020, Ketua KONI Denpasar, Ida Bagus Toni Astawa menjelaskan rancangan hibah yang diajukan sebesar Rp 20 miliar.
Namun setelah dilakukan verifikasi oleh Disdikpora, diterima Rp 17,1 miliar.
Hibah tersebut digunakan untuk belanja sekretariat sebesar Rp 11.01 miliar lebih, dan belanja kegiatan sebesar Rp 6.1 miliar lebih.
• Lelang Seragam Gratis Bermasalah, Realisasi untuk Siswa di Badung Kembali Tertunda
• Kurir 4 Kg Sabu Dipenjara 18 Tahun, Curhat Lewat Tulisan di Kertas Saat Tertangkap Aku Hamil
Sementara terkait adanya usulan dua cabor yang belum tergabung dalam KONI dikarenakan kedua cabor sudah dipertandingkan dalam beberapa event.
"Karena itulah, maka kami alokasikan, karena akhir tahun 2019 ini mereka dipastikan sudah masuk anggota," katanya.
Akan tetapi, Susruta tetap tidak memperbolehkan hal itu karena saat pembahasan anggaran belum masuk keanggotaan KONI dan jika masuk di akhir tahun ini bisa dianggarkan kembali pada anggaran perubahan.
Sementara sorotan terkait adanya pengurus KONI dari pejabat struktural langsung ditanggapi Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar, I Made Erwin Suryadharma Sena.
Erwin mengatakan, walaupun ada peraturan, namun ada pengecualian. Pengecualian ini yakni, pejabat struktural tidak diperbolehkan menjadi Ketua Koni, namun bisa menjadi anggota.
"Memang benar ada aturan, akan tetapi ada dijelaskan yang tidak diperbolehkan hanya menjadi ketua umum. Kalau di bawahnya itu boleh. Dan kami sudah menanyakan ke pusat," katanya. (*)
SUBCRIBE YOUTUBE TRIBUNBALI
