Perajin Perak Baler Bale Agung Jembrana Kalah Saing dengan Pabrik, Tiga Tahun Terakhir Sepi Pesanan

Pesanan bahkan hampir tidak ada, baik untuk pembeli lokal di Jembrana maupun dari luar daerah.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Made Ardhiangga
Suasana bengkel kerajinan perak Corak Bali Handycraft, Selasa (12/11/2019). Selama tiga tahun belakangan ini permintaan sangat sepi. 

TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Kerajinan perak termasuk salah-satu sumber pendapatan utama yang dapat mengangkat perekonomian warga Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara.

Sayangnya, selama beberapa tahun terakhir ini kerajinan perak terpuruk.

Padahal, banyak warga yang menggantungkan harapan dari mengolah perak menjadi cindera mata.

Perajin perak Baler Bale Agung, Komang Putra Pujayana mengatakan dahulu memang banyak pekerja dari lingkungan Baler Bale Agung yang dapat bekerja di tempatnya.

Namun, selama beberapa tahun terakhir ini keadaan cukup sepi.

Pesanan bahkan hampir tidak ada, baik untuk pembeli lokal di Jembrana maupun dari luar daerah.

"Kayaknya sudah hampir tiga tahun ini. Sudah sepi sekali. Tidak tahu apa penyebabnya," ucapnya Selasa (12/11/2019).

Menurut pria yang akrab disapa Nombling itu, dugaannya memang karena harga perak naik sehingga art shop tidak bisa menjual.

Lantaran art shop sepi, maka itu pun berdampak pada proses pengerjaan di 'bengkel'-nya. Biasanya pesanan perak berasal dari art shop di Kuta.

"Sekarang semua sepi. Dari Jawa dulu banyak tukangnya. Semua di sini dulu ikut. Bapak, kakak dan teman di sekitar sini," ungkapnya.

Beberapa produk kerajinan perak Corak Bali Handycraft, Selasa (12/11/2019). Selama tiga tahun belakangan ini permintaan sangat sepi.
Beberapa produk kerajinan perak Corak Bali Handycraft, Selasa (12/11/2019). Selama tiga tahun belakangan ini permintaan sangat sepi. (Tribun Bali/Made Ardhiangga)

Bengkel kerajinan milik Nombling berlokasi di Jalan Wijaya Kusuma Gang II, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara.

Namanya Corak Bali Handycraft.

Ia memulai bisnis kerajinan itu mulai dari tahun 2000.

Pada zaman Bupati Winasa, ia mendapat pelatihan dan bantuan. Kini ia hanya melayani pesanan bijian. Itu pun kadang ada, kadang tidak.

"Sekarang susah sekali. Dulu zaman Pak Winasa, semua gampang," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved