Perajin Perak Baler Bale Agung Jembrana Kalah Saing dengan Pabrik, Tiga Tahun Terakhir Sepi Pesanan
Pesanan bahkan hampir tidak ada, baik untuk pembeli lokal di Jembrana maupun dari luar daerah.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Widyartha Suryawan
Ia menyebutkan bahwa baku dari pembuatan perak itu diambil di Kuta dengan berbagai model yang akan dibuatkan untuk pelanggan.
Mulai dari model gandul dan cincin polos. Ia menegaskan bisa membuat semua model. Tergantung pesanan pelanggan. Harga jual satu cincin yang berbahan uang koin mulai Rp 100 ribu.
"Kalau perak tergantung gramnya, cincin perak per gram Rp 25 ribu. Kalau polos. Kalau ukiran bisa sampai Rp 40 ribu per gramnya," paparnya.
Nah, lesunya pembuatan perak juga dikarenakan banyaknya pihak yang sudah membuat cincin melalui casting atau pabrikan. Itu yang membuat sempoyongan perajin.
Contohnya saja, untuk membuat satu cincin, perajin perlu waktu tiga hari.
Sedangkan untuk model ukiran, bisa sampai seminggu. Sedangkan apabila dikerjakan dengan sistem casting, hanya perlu waktu sehari, itupun bisa selesai 1.000 biji.
"Jadi kami kalah dengan yang ada dengan pabriknya," ungkapnya.
Pemerintah Agar Lebih Peduli
Corak BALI Handycraft biasanya menggarap cincin atau kalung dengan ukiran Bomo, cakrawakya, patrasari, ukiran variasi tatahan dan ukiran paksi.
Komang Putra Pujayana agak pesimis bisa tetap meneruskan kreasinya itu.
Ia berharap pemerintah bisa membantu mereka dalam mengembangkan industri kerajinan ini sebab dia menilai untuk ke depannya, masih sulit untuk mendapatkan pembeli.
"Kenapa sekarang berbeda dengan pemerintah dahulu yang selalu memberikan pelatihan dan pendistribusian sangat diperhatikan. Harapan kami, pemerintah lebih melek ke warganya," bebernya. (*)