Kisah Mangku Anom Winaya, Relawan Penangkap Ular Denpasar dengan Tangan Kosong

Saking sayangnya, ia bersukarela datang ke lokasi penemuan ular tanpa memungut bayaran apapun, sejauh apapun tempatnya.

Penulis: eurazmy | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Eurazmi
Anom Nur Winaya yang akrab disapa Pak Mangku ini mendedikasikan dirinya untuk membantu warga sekitar menangkap ular yang masuk ke rumah, kantor atau pemukiman warga. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Namanya Anom Nur Winaya, bertempat tinggal di Jalan Ratna, Gang 2 Tonja, Denpasar.

Pria yang akrab disapa Pak Mangku ini mendedikasikan dirinya untuk membantu warga sekitar menangkap ular yang masuk ke rumah, kantor atau pemukiman warga.

Tak tanggung-tanggung, pemangku Pura Pauman ini siap siaga selama 24 jam jika sewaktu-waktu dihubungi warga untuk mengevakuasi binatang reptil ini.

Menariknya, Mangku Anom juga tak mengharapkan imbalan apapun atas jasa yang diberikannya.

Ditemui di kediamannya, Anom mengaku memang memiliki kecintaan tersendiri terhadap binatang melata ini.

Saking sayangnya, ia bersukarela datang ke lokasi penemuan ular tanpa memungut bayaran apapun, sejauh apapun tempatnya.

Alasannya murni karena ia penyayang dan pecinta ular dan merasa tergerak untuk menyelematkannya sebelum diburu warga yang ketakutan.

''Alasannya sederhana. Biar ular ini gak dimatikan sama orang-orang. Kasian saya. Kan biasanya gitu. Biar saya aja yang nangkep saya pindahin sendiri,'' katanya.

Anom juga bahkan merelakan izin pamit sebentar keluar kantor hanya untuk mengevakuasi ular yang berkeliaran di rumah warga.

''Kayak kemarin (Selasa, red) saya kan kerja di Dinas DPMTSP Pemkab Badung. Jauh-jauh dari Sempidi saya belain izin sebentar buat nangkep ular ini, lalu balik kantor lagi,'' kata pria berusia kepala lima ini.

Ditanya soal kemampuannya menaklukkan hewan ganas ini ia dapat secara otodidak.

Ia menuturkan, hobi ekstrimnya ini sudah ia jalani sejak sekitar tahun 1990-an, bahkan sedari kecil.

Tak sedikit, puluhan hingga ratusan nyawa ular selamat ditangannya sebelum berakhir pembantaian pada warga yang tidak sabaran.

Menariknya, ular-ular yang dievakuasi cukup dengan tangan kosongnya, tanpa perangkat alat sebagaimana dilakukan warga biasa maupun dinas terkait.

Bahkan, ular piton sepanjang 6 meter dan terbesar yang pernah dia evakuasi juga menggunakan tangan kosong.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved