Soroti Efek Pariwisata Massal, Bali Masuk Daftar No List Media AS, Begini Respon Pelaku Pariwisata

Media wisata asal Amerika Serikat, Fodor's Travel, meluncurkan daftar destinasi untuk dikunjungi dan tidak disarankan untuk dikunjungi pada 2020.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/I Made Argawa
Suasana kunjungan di Ulun Danu Beratan. Saat hari libur panjang dan akhir pecan, obyek wisata ini diserbu pengunjung. 

Pada tahun ini, terdapat 13 destinasi wisata yang masuk No List.

Pihak redaksi Fodor’s Travel mengklaim pencantuman semua lokasi ini dalam daftar dilakukan secara bertanggung jawab dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi tempat-tempat tersebut di masa depan.

Selain Bali, destinasi terkenal lain di dunia yang tidak disarankan oleh Fodor's Travel untuk dikunjungi pada 2020 adalah Angkor Wat di Kamboja, Hanoi Train Street atau jalur kereta di Hanoi, Vietnam, Barcelona di Spanyol, dan Big Sur di California.

No List atau daftar destinasi yang lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi dari Fodor's Travel berfokus pada isu lingkungan, etika, dan terkadang politik.

Fodor's Travel adalah media wisata yang berawal dari buku panduan wisata dengan cikal bakal pada 1936 di London, Inggris. Pada 1949, buku panduan wisata modern Fodor's diproduksi di Perancis.

Kemudian, pada 1996 situs resmi Fodor's Travel dibuat. Selanjutnya, pada 2016 situs ini diakuisisi oleh perusahaan internet di California, Amerika Serikat.

PHRI-IHGMA Prihatin

Pemberitaan Fodor’s Travel tersebut tak pelak membuat geram pelaku dan praktisi pariwisata di Pulau Dewata.

Mereka tak setuju jika Bali dianggap tak layak dikunjungi.

“Ini cukup memprihatinkan, karena Bali masih sangat layak dikunjungi,” kata Ketua PHRI Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, kepada Tribun Bali, Selasa (19/11).

Rai Suryawijaya membantah jika Bali sudah kelebihan wisatawan asing.

Ia mengatakan masih ada 35 persen okupansi yang perlu diisi di Bali. Saat ini rata-rata okupansi hanya 65 persen (avarage).

Untuk mencapai okupansi hingga 80-90 persen, dibutuhkan setidaknya 9 juta kedatangan wisman ke Bali.

Sementara sekarang masih antara 5-6 juta wisman yang datang ke Pulau Dewata.

Berita ini pun dianggap akan berdampak negatif, apalagi wisman Amerika Serikat, merupakan salah satu wisman potensial bagi Bali.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved