Rumahnya Sering Dikunjungi Wisatawan, Komang Neni Rusmini Senang Bisa Sharing Tentang Budaya

Karena desa kami adalah desa wisata berbasis masyarakat, jadi kami sudah terbiasa rumah kami dikunjungi wisatawan. Dan kami tidak merasa terganggu

Penulis: Noviana Windri | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
Tribun Bali/Noviana Windri
Suasana Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali, Jumat (12/4/2019). 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Ni Komang Neni Rusmini menjalankan rutinitasnya seperti biasa.

Siang itu, Sabtu (16/11/2019), Neni Rusmini melayani para wisatawan yang membutuhkan informasi ketika baru tiba di Desa Wisata Penglipuran.

Ia adalah seorang petugas informasi di Desa Wisata Penglipuran, Bangli.

Selain itu, ia juga seorang guru honorer di salah satu SMP di Bangli.

“Saya bekerja sebagai petugas informasi di sini. Selain itu, saya juga sebagai guru Bahasa Bali,” ujarnya.

Neni Rusmini adalah penduduk asli Desa Wisata Penglipuran.

Duduk, Tertawa, Main Game, Kegiatan Sederhana Tapi Ampuh Menurunkan Berat Badan?

Deretan Zodiak Berkarakter Kuat, Pantang Menyerah Menghadapi Masalah

Ia mengaku tidak tahu persis bagaimana desanya menjadi desa wisata dan menjadi desa terbersih di dunia.

“Saya tidak tahu bagaimana awalnya, berdasarkan cerita, desa saya ini pada tahun 1992 sudah menjadi desa wisata. Dan saat itu saya baru lahir,” ungkapnya.

Neni Rusmini tinggal di rumah nomor 49 bersama kedua orangtuanya dan empat saudaranya.

Lahir dari keluarga yang tinggal di Desa Adat Penglipuran merupakan suatu kebahagiaan tersendiri baginya.

Ni Komang Neni Rusmini saat ditemui Tribun Bali di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Sabtu (16/11/2019)
Ni Komang Neni Rusmini saat ditemui Tribun Bali di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Sabtu (16/11/2019) (Tribun Bali/ Noviana Windri)

Terlebih, desanya menjadi kunjungan para wisatawan dari berbagai daerah dan belahan dunia.

Meski demikian, ia mengaku sudah terbiasa pekarangan rumahnya dikunjungi wisatawan.

“Karena desa kami adalah desa wisata berbasis masyarakat, jadi kami sudah terbiasa rumah kami dikunjungi wisatawan. Dan kami tidak merasa terganggu sedikit pun. Karena kami sadar yang namanya tempat wisata pasti aja pengunjung,” ujarnya.

Lebih lanjut, Neni mengungkapkan perasaan senangnya ketika wisatawan berkunjung.

Marak Kasus Perselingkuhan, Pelakor dan Pebinor Ternyata Bisa Dipenjara, Ini Aturan Hukumnya

Merasa Jauh dari Perasaan Bahagia? 7 Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya

Karena menurutnya bisa dijadikan teman mengobrol dan sharing budaya dengan wisatawan.

“Malah senang. Karena kita bisa ngobrol dan sharing tentang budaya. Meraka bisa tahu budaya kita, dan kita bisa tahu budaya mereka,” tambahnya.

Neni Rusmini bahkan menjalin hubungan baik dengan salah satu wisatawan asing.

“Sekitar tiga tahun yang lalu. Saat itu, ada tamu yang datang sendirian. Dia datang ke sini untuk menginap dan kebetulan menginap di sebelah rumah saya. Terjalin komunikasi yang baiklah dengan saya dan masyarakat di sini. Dan beberapa kali datang lagi dan berkunjung ke rumah saya,” ceritanya.

Tak hanya itu, pada bulan Desember 2018 saat Desa Adat Penglipuran menggelar sebuah festival, tamu tersebut berkunjung kembali ke Desa Adat Penglipuran bersama keluarganya.

“Meski sudah pernah menginap, mereka selalu ingin datang lagi untuk merasakan suasana desa. Karena pengunjung ke sini tidak hanya sekali. Beberapa kali mereka berkunjung. Dan pasti akan berkunjung lagi. Kebanyakan memang begitu,” pungkasnya.

Suasana Desa Adat Penglipuran yang kental dengan budaya memang tidak membuat wisatawan kapok untuk berkunjung kembali. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved