Megibung Makan Ikan Cegah Stunting, Kasus Stunting di Tabanan Capai 16 Persen

Puluhan siswa Paud se-Desa Sudimara, Tabanan, tampak bergembira ketika disajikan menu makanan olahan ikan di desa setempat, Kamis (21/11/2019).

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
TRIBUN BALI/ I MADE PRASETYA ARYAWAN
Puluhan siswa Paud se-Desa Sudimara, Tabanan tampak bergembira ketika disajikan menu makanan olahan ikan di desa setempat, Kamis (21/11/2019). 

"Selain itu kami juga selipkan pengetahuan untuk pencegahan stunting pada anak. Jadi sudah dipaparkan juga terhadap wali murid yang datang agar memahami apa itu stunting, penyebabnya, dan cara menanggulanginya," jelasnya.

Setiap bulan, kata dia, juga rutin menggelar sosialisasi kepada masyarakat mengenai stunting.

Karena kasus stunting ini menjadi perhatian serius sehingga harus diberi pemahaman bagaimana mencegahnya.

Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, Dr I Nyoman Suratmika mengatakan kasus stunting di Tabanan memang masih tergolong kecil dibandingkan kabupaten lainnya.

Namun kasus ini menjadi perhatian serius Pemkab Tabanan agar nantinya kasus stunting menjadi lebih rendah bahkan sampai tak ada sama sekali.

Salah satu cara untuk mencegah adanya stunting adalah dengan memberikan sosialisasi dan menggerakkan kegiatan gemar makan ikan.

Karena dalam ikan kandungan gizinya sangat tinggi untuk memenuhi asupan dalam tubuh.

Suratmika menjelaskan, kasus Stunting atau kondisi yang ditandai tinggi badan anak kurang dari tinggi badan normal pada usianya masih mencapai 16 persen di Tabanan.

Ada banyak faktor penyebab terjadinya masalah kekurangan gizi (stunting) pada anak ini. 

Diantaranya, kurangnya asupan gizi sejak dalam kandungan hingga usia anak 2 tahun, kemudian gangguan pertumbuhan karena salah pola asuh atau pola asuh yang kurang baik dimana saat ini lebih banyak masyarakat menitipkan anaknya kepada pembantu atau saudara dirumahnya.

Faktor lainnya yang masih dianggap relevan adalah penggunaan garam beryodium yang masih rendah.

“Di Tabanan angka stunting mencapai 16 persen dari jumlah balita yang ada. Misalkan, dari 100 balita yang ada, itu menurut kami masih lumayan banyak karena kami menginginkan agar tidak ada lagi ditemukan kasus stunting di Tabanan,” kata Dr Suratmika.

Dicoret dari Skuat Timnas Indonesia U-23, Agung Widnyana Putra Fokus 100% untuk Serdadu Tridatu

Jelang Laga dengan Perselobar, Perseden Hanya Butuh Seri

“Ada beberapa penyebab timbulnya kasus stunting. Salah satunya adalah anak yang kerap diserahkan kepada pembantu atau saudaranya untuk mengasuhnya. Sehingga ketika tak dalam pengawasan orang tuannya, mereka tak mengetahui seberapa asupan gizi yang diberikan kepada anaknya tersebut. Kemudian konsumsi garam beryodium juga masih rendah di Bali umumnya dan Tabanan khususnya,” jelasnya.

Selain faktor tersebut, kata dia, penyakit yang berhubungan dengan lingkungan misalnya air yang menyebabkan diare, serta kecacingan.

Sehingga sangat perlu diantisipasi sejak dini dengan melakukan pemeriksaan rutin, menjaga asupan gizi sert menjaga lingkungan tetap bersih.

Selain itu, pihaknya melalui petugas Posyandu rutin memberikan pemahaman lewat sosialisasi ibu hamil agar mengetahui sejak dini penyebab kasus stunting.

“Bahkan, sangat perlu atau diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan hormon tiroid bagi bayi yang baru lahir. Karena gangguan fungsi kalenjar tiroid ini menyebabkan gangguan pada pertumbuhan anak,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved