Trash Hero Soroti Jurang di Desa Pakraman Tengkulak yang Dijadikan TPS

Kondisi Desa Pakraman Tengkulak, di Desa Dinas Kemenuh, Sukawati, Gianyar, Bali saat ini menjadi perhatian para aktivis lingkungan, Trash Hero.

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ni Ketut Sudiani
Istimewa
PENUH SAMPAH - Trash Hero Indonesia saat meninjau kawasan penuh sampah di Desa Adat Tengkulak Kaja, Kemenuh, Sukawati, Gianyar, Bali, Kamis (29/11/2019). 

Trash Hero Soroti Jurang di Desa Pakraman Tengkulak yang Dijadikan TPS

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Kondisi Desa Pakraman Tengkulak, di Desa Dinas Kemenuh, Sukawati, Gianyar, Bali saat ini menjadi perhatian para aktivis lingkungan, terutama Trash Hero. Lantaran di kawasan tersebut terdapat jurang yang difungsikan sebagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Visual TPS seluas 20 are itu bahkan sudah menyebar hingga ke luar negeri. 

Ketua Trash Hero Indonesia, Wayan Aksara, Jumat (29/11/2019) mengatakan, pihaknya telah turun ke lapangan melihat TPS ilegal di Desa Pakraman Tengkulak Kaja. Pria asal Desa Buruan, Blahbatuh ini menegaskan, semestinya hal tersebut tidak boleh terjadi, baik dengan alasan apapun.

“Kami harapkan ada langkah positif yang bisa dilakukan untuk menangani kondisi ini, yang benar-benar berpihak pada lingkungan. Tentu tidak mudah, tapi harus dilakukan. Apalagi kondisi ini sudah diketahui dan menyebar luas, perlu diklarifikasi dengan langkah-langkah cepat, baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah,” ujar Aksara.

Pihaknya menyayangkan adanya kondisi seperti ini di tengah seriusnya Pemprov Bali menangani pencemaran lingkungan, utamanya sampah plastik.

“Ini indikasi masih kurangnya sosialisasi dan indikasi tentang bahaya sampah plastik,” kritiknya.

Bendesa Tengkulak Kaja, Made Selamat mengatakan, lokasi pembuangan sampah tersebut merupakan tanah milik desa adat. Terkait pengelolaan sampah di Tengkulak Kaja, pihaknya memiliki perarem (hukum adat). Selama ini, pihaknya mengelola sampah secara mandiri, bahkan untuk pembelian armada sampah, pia menggunakan dana adat atau tidak mencari bantuan ke pihak manapun.

“Dulu keputusannya pembuangannya memang di (TPA) Temesi. Namun saat ini ada rencana dari desa adat untuk ngurug (menimbun) kawasan jurang. Pertama, sampah itu saya pakai ngurug (jurang) kuburan, setelah kuburan itu sudah penuh, akhirnya disepakati pindah ke pangkung (lokasi saat ini),” ujarnya.

Selamat menegaskan, sampah tersebut tidak akan selamanya terlihat. “Kalau nanti sudah penuh, ya diselesaikan. Buktinya dulu, waktu sampah masih di depan, sampahnya kami timbun pakai limestone dan koral, nanti sampah yang dipermasalahkan sekarang juga akan ditimbun pakai material,” ujarnya.

Dia menilai, ada kepentingan lain sehingga TPS di lingkungannya viral hingga ke luar negeri. “Kalau ada yang bilang itu adalah TPS liar, tolong yang berbicara itu datang ke Tengkulak Kaja, cari saya, datang ngomong baik-baik. Ada pihak tertentu yang mengintervensi, mungkin karena tidak senang dengan kepengurusan saya jadi diambil langkah seperti itu,” duganya. (weg)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved