Dharma Wacana
Pandangan Ida Pandita Mengenai Masa Depan Hindu di Bali
Seiring perkembangan zaman, saat ini perilaku beragama umat Hindu di Bali mulai mengalami perubahan.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
Dharma Wacana
Oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda
TRIBUN-BALI.COM -- Seiring perkembangan zaman, saat ini perilaku beragama umat Hindu di Bali mulai mengalami perubahan.
Upacara-upacara yang bersifat ekslusif, saat ini mulai dilakukan secara kolektif.
Apakah hal ini, menandakan terjadinya perubahan sistem keberagamaan ke arah positif atau justru Hindu mengalami kemerosotan?
Berbicara masalah keberlangsungan agama Hindu di Bali, kita tidak perlu khawatir sepanjang tokoh yang memegang kebijakan dan pihak yang pemilik modal yang akan mengedukasi umat ini, mau mengalami proses perubahan.
Maka dengan demikian, tidak akan ada ‘benang yang putus’ dalam keberlangsungan agama Hindu di Bali.
Sebab bagaimanapun, Hindu telah memberikan tawaran pada umatnya dalam bentuk ‘hidangan yang memang siap saji’.
Artinya, dalam setiap ajarannya, telah termuat berbagai hal yang memang mengaruskan umat Hindu dalam menjalankan perintah dharma, mengikuti perkembangan zaman.
Namun terkadang kendalanya adalah si penyaji atau agen perubahan seperti para sulinggih tidak mau berubah sesuai tuntutan zaman.
Misalnya, ketika sulinggih itu suka dengan bebantenan, semua hal akan diselesaikan dengan bebantenan.
Yang seperti ini, perlu mendapat edukasi kelembagaan pikiran melalui intelektualitas.
Sebab ajaran agama Hindu sudah memberikan jaminan, untuk umat bisa tetap berbhakti pada Tuhan sesuai tuntutan zaman.
Salah satu aspek dari narasi besarnya adalah, kita diajak melakukan sesuatu yang disebut Catur Yoga Marga atau empat jalan/cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan.
Catur Yoga Marga meliputi, Bhakti Marga yang ditunjukkan dengan cara berbhakti atau cinta pada Tuhan dan sesama mahkluk ciptaan-Nya.
Karma Marga, jalan menuju Tuhan dengan cara bekerja, melakukan pelayanan tanpa pamrih.
Jnana Marga, cara mencapai Tuhan dengan cara mempelajari kitab suci Weda.
Dan, Raja Yoga atau mencapai Tuhan dengan cara meditasi.
Namun keempat jalan ini tidak boleh dibenturkan, satu sama lain harus saling menguatkan.
Lalu bagaimana dengan budaya Hindu di Bali?
Dari segi budaya, ada budaya yang berlandaskan pertanian (agriculture), ada pola primitif, menggunakan pola industri (rasionalisme), dan ada pula budaya yang menggunakan pola post modern.
Semua budaya ini bagus, namun yang terpenting semua muaranya adalah sama, Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.
Budaya dan agama Hindu di Bali memang tidak bisa dilepaskan. Dalam hal ini ada dua elemen yang tidak bisa dipisahkan, yakni absolute dan relatif.
Hal yang absolut, seperti nilai atau filosofi tidak boleh diubah. Namun yang relatif, ini yang harus diubah sesuai dengan kepentingan umat.
Apakah upacara-upacara massal yang saat ini marak dilakukan umat, sebagai salah satu penyelamat umat dalam menjalankan agama sesuai budaya Hindu di Bali?
Gerakan massal ini lahir karena waktu yang semakin sulit.
Masyarakat kita saat ini sedang bertarung untuk melangsungkan kehidupan, sehingga berpacu dengan waktu.
Maka dengan demikian, gerakan upacara massal itu menjadi sebuah pilihan.
Upacara model ini, secara tujuan spiritual sama seperti upacara ortodok, namun kelebihannya umat bisa lebih mengefisiensikan waktu dan biayanya.
Dengan adanya konsep upacara massal ini, baik yang disediakan oleh agen, menyebabkan umat tidak perlu sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, karena sudah disediakan.
Ini merupakan satu strategi pemertahanan Hindu Bali ke depan. (*)