370 Bonsai Beradu Keindahan pada Kontes Pelangi Bonsai di Tabanan, Ada 4 Kelas Bonsai Ditampilkan
Ratusan pohon bonsai tampak berjejer rapi di Lapangan Alit Saputra, Tabanan. Dari 370 pohon bonsai yang ada, keindahan dan keunikannya pun berbeda
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Meika Pestaria Tumanggor
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Ratusan pohon bonsai tampak berjejer rapi di Lapangan Alit Saputra, Tabanan, Selasa (2/12/2019).
Sejumlah masyarakat yang hobi dengan tanaman unik ini juga sudah mulai mengunjungi masyarakat untuk melihat keindahannya.
Adalah Kontes Pelangi Bonsai tingkat nasional ke-4 yang digelar sejak tanggal 1 hingga 8 Desember mendatang.
Dari 370 pohon bonsai yang ada, keindahan dan keunikannya pun berbeda-beda.
Selain itu, harganya juga bervariasi baik mulai ratusan ribu hingga ratusan juta bahkan miliaran dengan usia puluhan tahun.
Menurut pantauan, ratusan pohon bonsai ini dibedakan sesuai dengan empat kelas berbeda, mulai dari kelas prospek, regional, madya dan utama.
• Koalisi Jembrana Maju Hadang PDIP, 4 Parpol Sepakat Koalisi di Pilkada 2020
• Raih Ballon dOr 2019, Lionel Messi Torehkan Rekor Ini Sekaligus Sisihkan Cristiano Ronaldo
• Di Bali, Ada 5 Peraturan yang Mengatur tentang Sampah Plastik
Ratusan bonsai ini juga berasal dari wilayah berbeda, karena sifatnya adalah nasional.
Namun, dominasi masih dari Tabanan dan luar Bali seperti Jawa khususnya Jawa Timur dan Jawa Barat.
Adapun jenis pohon yang dilombakan seperti Ficus (Beringin), Santigi, Cemara.
Selain itu juga ada jenis sianci, jeruk kingkit, asem, serut (perungut), loa, cemara udang, kawista, ranting putri, ulmus, sancang, delima batu, dewandaru, mustam, dan banyak jenis lainnya.
“Sudah mulai dari tanggal 1 sampai dengan 8 Desember mendatang. Kontes ini tingkat nasional atau Pameran Nasional (Pamnas bonsai) yang ke-4 di Tabanan serangkaian HUT Kota Tabanan ke-526,” ujar Wakil Ketua PPBI Cabang Tabanan, Made Bakti saat dijumpai, Selasa (13/11).
Made Bakti menyebutkan, jumlah peserta yang ikut kontes sebanyak 370 pohon bonsai, dengan empat kelas berbeda.
Yakni dimulai dari kelas utama yang maksudnya tingkatan kelas di mana bonsai sudah tidak menggunakan alat bantu seperti kawat dan sudah pernah mengikuti kelas-kelas sebelumnya seperti madya.
Kemudian, kelas madya yang artinya bonsai yang sudah melewati kelas regional dan prospek.
Yang termasuk kelas ini masih bisa menggunakan alat bantu tapi sudah melewati atau sudah pernah ikut kontes di kelas sebelumnya seperti regional.
“Kemudian untuk kelas regional juga masih menggunakan alat bantu, sudah jadi bonsai, gerak dasar sudah ada dan prosesnya sudah mencapai 60 persen. Dan untuk kelas prospek artinya bahannya baru diperoleh namun sudah tumbuh dan biasanya sudah berbentuk tapi belum sempurna,” jelas Bakti.
Disingung mengenai perawatan bonsai, Bakti menuturkan untuk perawatan bonsai harus dilandasi dengan kesabaran dan konsistensi yang tinggi.
Seperti dari awal dengan melakukan pemupukan rutin, kemudian ada untuk pencegahan hama rutin, dan ada proses pangkas daun, proses pembentukan cabang atau ranting, pematangan pohon pada akar, media tanam dikondisikan agar tetap subur.
“Yang paling penting adalah proses penyiraman yang rutin dan konsisten sehingga tumbuhan bonsai tidak sampai kekeuranan asupan air,” jelasnya.
Sementara itu, Dewan Juri PPBI Pusat Kontes Bonsai Tabanan, Tatang mengatakan, proses penilaian kontes bonsai ini sudah akan berlangsung sejak kemarin.
Segala ketentuannya sudah diatur dari PPBI Pusat.
Dia menyebutkan ada empat kolom kriteria yang harus dinilai. Seperti penampilan, gerak dasar, kematangan (sudah benar benar jadi bonsai), dan keserasian.
“Ada empat kolom dalam kriteria penilaian bonsai. Sehingga juri harus benar-benar teliti sekali saat melakukan penilaiannya agar hasilnya nanti tidak mengecewakan,” jelasnya. (*)