Tiga Peternakan di Tabanan Nihil Virus African Swine Fever, Antisipasi Demam Babi Berujung Kematian

Penyakit demam babi atau African Swine Fever (ASF) yang belum ada vaksinnya, harus diwaspadai peternak babi di Bali

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi babi - Tiga Peternakan di Tabanan Nihil Virus African Swine Fever, Antisipasi Demam Babi Berujung Kematian 

Yakni, limbah hotel tersebut dimasak dengan suhu minimal 70 derajat.

"Jika sudah memasak dengan suhu 70 derajat, virusnya mati dan aman dikonsumsi babi. Beruntungnya selama ini belum ditemukan, tapi kita semua di Bali harus waspada,” tegasnya.

Menyerang Babi, Wabah African Swine Fever Sudah Masuk ke Indonesia

Penyebaran Virus Demam Babi Afrika via Daging Impor Sangat Cepat, Begini Cara Antisipasinya

Ke depan, kata dia, Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tabanan mengandeng sejumlah peternak termasuk Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (Gupbi) Bali, khususnya daerah Tabanan untuk bersama-sama mensosialisasikan ke semua peternak agar waspada terhadap penyakit ini.

"Kami harap semua sadar dan bisa menyosialisasikan kepada semua peternak yang ada, agar memahami dan mengetahui gejala yang ada pada babi kalau terserang virus ASF tersebut," harapnya.

Sudah Masuk Indonesia

Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) mendesak pemerintah untuk segera mendeklarasikan bahwa wabah African Swine Fever (ASF) telah memasuki Indonesia.

Menurut Ketua Umum PDHI, Drh H Muhammad Munawaroh MM, desakan tersebut berdasarkan kasus kematian babi pada sejumlah usaha peternakan di Sumatera Utara.

Angka kematian babi terus bertambah sejak Agustus 2019 sampai awal Desember 2019 sudah mencapai jumlah 20.500 ekor.

Lalu, berdasarkan hasil laboratorium, dinyatakan kematian babi-babi tersebut positif disebabkan oleh ASF.

"Untuk itu, kami dari PDHI ini sebenarnya ingin mendesak pemerintah untuk mendeklarasikan bahwa wabah ASF pada babi ini sudah memasuki Indonesia," kata Munawaroh kepada Kompas.com, Jumat (6/12/2019).

Munawaroh menjelaskan, kemungkinan besar pemerintah tidak segera mengeluarkan deklarasi karena khawatir ekspor daging babi menjadi terganggu.

Padahal, kata dia, ekspor daging babi terbesar adalah dari Pulau Bulan ke Singapura.

Sementara, penyebaran virus ASF ini belum memasuki kawasan Pulau Bulan.

"Tetapi bukan berarti daerah lain akan aman dari ASF ini jika tidak segera dilakukan pencegahannya, karena selain cepat menyebar, virus ini juga tidak ada obatnya," ujar dia.

Makanan Instan dan Daging Olahan Impor Rentan Membawa Virus Demam Babi Afrika

Badan Karantina Sampai Harus Perketat Pengawasan, Ini Fakta-fakta Virus Demam Babi Afrika

Bahkan, kata dia, pada kondisi terburuknya, penyebaran virus ASF tersebut juga akan bisa dirasakan oleh peternak di daerah luar Sumatera, seperti Manado, Gorontalo dan lain sebagainya, sehingga akan lebih merugikan dari sisi ekonomi. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved