Bale Kambang Peninggalan Raja Bali di Kota Mataram NTB Ini Ambruk Setelah Diterjang Angin Kencang

Fenomena cuaca buruk yang melanda diberbagai daerah di Indonesia, juga terjadi di wilayah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB),

Editor: Ady Sucipto
Kompas.com/FITRI R
Inilah Bale Kambang, bagunan bersejarah peninggalan raja Bali yang berada di areal Taman Mayura, yang roboh karena angin kencang. Bale Kambang dibangun pada abad 17 atau 1744 silam. 

TRIBUN-BALI.COM, MATARAM - Fenomena cuaca buruk yang melanda diberbagai daerah di Indonesia, juga terjadi di wilayah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (14/12/2019).

Angin kencang melanda Kota Mataram pada pukul 14.40 hingga menyebabkan Bale Kambang peninggalan raja Bali roboh. 

Untuk diketahui, Bale Kambang adalah bangunan bernilai sejarah di Taman Mayura, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, yang berdiri sejak abad ke 17.

"Saya melihat kejadiannya. Saya tidak sempat merekam saat angin merobohkannya, karena saya sendiri terjatuh karena angin yang sangat kencang. Kejadiannya begitu cepat, angin sangat keras disusul hujan deras," kata Juru Pelihara Taman Mayura Gusti Ngurah Sugata saat memantau Bale Kambang yang roboh.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, atap Bale Kambang ambruk dan hampir seluruh gentingnya hancur berjatuhan.

Kemudian, 14 tiang penyangga bangunan dari kayu berukir yang didirikan tahun 1744 itupun ambruk dan terlepas dari pondasi bangunan bersejarah itu.

Pecahan genting memenuhi dua tangga Bale Kambang yang merupakan bangunan tempat pertemuan atau ruang sidang bagi para raja dan pengurus kerajaan di jaman Raja Anak Agung Ngurah Anglurah Karangasem, yang dulu berkuasa di tanah Lombok.

Warna cat bagunan yang sudah memudar dan beberapa bagian ukirannya yang sebagian rusak adalah saksi sejarah berkuasanya Raja Bali di Lombok.

Bangunan yang berukuran 8x15 meter itu berdiri di tengah tengah kolam dan dikelilingi 6 patung bercirikan umat muslim, baik muslim Arab, Cina dan Jawa.

Patung itu berada di bagian barat, utara dan timur Bale Kambang.

Bangunan ini adalah gambaran betapa keharmonisan antara umat Hindu dan Muslim di Lombok telah ada sejak abad 17 dan masih terpelihara hingga saat ini.

"Ini adalah bagunan bersejarah yang digunakan untuk pertemuan dan sidang para raja, dan sampai sekarang masih digunakan untuk pertemuan pertemuan tokoh agama dan acara keagamaan di Lombok ini," kata Sugata.

Sugata yang juga bekerja di Balai Pelestarian Cagar Budaya Denpasar-Bali wilayah Mataram ini menjelaskan, ada Bale Prerenan (tempat istirahat), Bale Loji ( tempat penyimpan pusaka) dan Pura Kelepuk dan Jagat Nata, serta pura Meru yang lebih tua dari Bale Kambang.

Aparat kepolisian Polsek Cakranegara langusung membentangkan garis polisi pada Bale Kambang, agar wisatawan yang datang tidak mendekati bangunan tersebut.

Petugas jaga Bale Kambang mengatakan, sempat ada 3 orang wisatawan lokal yang tengah berada di Bale Kambang saat angin kencang menerpa bangunan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved