Ancaman Demam Babi Afrika Mematikan, Pemprov Bali Sudah Lakukan Ini Kepada Para Peternak di Bali

penyakit ASF ini wajib untuk dicegah masuk ke Bali karena tingkat kesakitan serta mengakibatkan kematian.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Huda Miftachul Huda
(KOMPAS.COM/HADI MAULANA)
Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) terus lakukan upaya pengawasan dan pencegahan masuknya virus ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika ke Indonesia 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali saat ini tengah mewaspadai ancaman dari penyakit African Swine Fever (ASF) atau yang lebih dikenal dengan Demam Babi Afrika. 

Efek dari African Swine Fever (ASF) ini disebut sangat mematikan.

Guna mencegah ancaman wabah dari penyakit ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah melakukan berbagai langkah strategis.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Wayan Mardiana mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan Balai Besar Veteriner Denpasar untuk mengantisipasi penyakit tersebut.

"Kita sudah bekerja sama dengan karantina, dengan BBVet, dan kita sudah membuat tim untuk siapa dan berbuat apa," kata Mardiana saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (17/12/2019).

Dijelaskan olehnya, penyakit ASF ini wajib untuk dicegah masuk ke Bali karena tingkat kesakitan serta mengakibatkan kematian yang tinggi atau sangat mematikan.

Waspada Demam Babi Afrika, Pengiriman Daging Babi ke Bali Disetop, Wisman Diperingatkan Keras

Beredar Info 8 Ekor Babi Mati Mendadak di Denpasar, Begini Kata Kadis Pertanian Kota Denpasar

Tiga Peternakan di Tabanan Nihil Virus African Swine Fever, Antisipasi Demam Babi Berujung Kematian

Terlebih, sampai saat ini belum ditemukan adanya obat atau vaksin yang bisa menanggulangi penyakit tersebut.

Selain melakukan kerja sama, pihaknya juga mengaku telah melakukan pemetaan resiko terhadap peternak babi yang memanfaatkan sisa-sisa makanan dari hotel, restoran dan katering.

"Itu sudah kami petakan, ada 25 peternak babi yang memanfaatkan sisa-sisa makanan dari hotel, restoran, katering, untuk makanan babi," jelasnya.

Berbagai titik pemataan resiko ini beberapa di antaranya berada di Marga Kabupaten Tabanan, Payangan Kabupaten Gianyar, serta Abiansemal dan Munggu di Kabupaten Badung.

Sementara untuk di Kota Denpasar, pihaknya telah melakukan pemetaan di daerah Sesetan, Suwung, Penatih dan Pesanggaran.

Selain itu pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran (SE) kepada dinas yang menangani fungsi peternakan di kabupaten dan kota di Bali.

SE yang ditandatangani oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Dewa Made Indra itu berisi imbauan agar peternak babi tidak memanfaatkan sisa makanan dari hotel, restoran, katering atau pesawat yang terbang dari daerah yang terinfeksi virus ASF, seperti Filipina dan China.

Selain tidak memanfaatkan sisa makanan dari hotel, restoran, katering atau pesawat, peternak babi juga disosialisasikan cara menghadapi ancaman ASF ini, seperti melakukan sanitasi dan kebersihan kandang.

Ilustrasi- Salah satu kandang di peternakan babi wilayah Jembrana, Bali.
Ilustrasi- Salah satu kandang di peternakan babi wilayah Jembrana, Bali. (Tribun Bali/ I Made Ardhiangga)

Peternak babi juga mengimbau untuk memberikan vaksin okulela terhadap babinya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved