Ida Pedanda Nyoman Temuku 'Wariga Belog' Lebar di RSUP Sanglah, Sebelum Wafat Alami Sakit Kepala

Julukan itu diberikan karena selama ini, banyak tokoh-tokoh besar, meminta petunjuk beliau, setiap akan mengambil keputusan.

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Eviera Paramita Sandi
Istimewa
Ida Pedanda Nyoman Temuku 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR– ‘Pedandanya para pejabat’, itulah julukan yang disematkan oleh kalangan pejabat di Kabupaten Gianyar, pada mendiang Ida Pedanda Nyoman Temuku, Griya Cebaang Giri Kesuma, Desa Melinggih, Payangan, Gianyar, Bali.

Julukan itu diberikan karena selama ini, banyak tokoh-tokoh besar, meminta petunjuk beliau, setiap akan mengambil keputusan.

Petunjuk diberikan melalui keahliannya di bidang wariga/perhitungan hari menurut astronomi Bali.
Wariga merupakan ilmu astronomi kuno.

Namun hanya beliau yang mampu mempelajari secara detail.

Metode yang ditelurkan beliau disebut ‘wariga belog’.

Dalam hal ini, BELOG tidak diterjemahkan sebagai ‘bodoh’, melainkan akronim dari BEhaviour (tingkah laku), Environment (alam/lingkungan) dan LOGos (harmonisasi perilaku).

Semasa hidupnya, Ida Pedanda pernah menjabarkan bahwa wariga belog merupakan perhitungan ilmu perbintangan, yang menggunakan matahari sebagai penanda jarak bintang dan bulan, dimana ketiganya berpengaruh pada kehidupan manusia.

Dari analisa itulah, Ida Pedanda memberikan petunjuk kemana, kapan, bagaimana, dan apa yang harus diperbuat agar orang tersebut tidak menemukan halangan dalam mencapai tujuannya.

Adik mendiang, Ida Bagus Kesuma Yuda, Rabu (18/12/2019) mengungkapkan, ilmu wariga belog ini membutuhkan kecermalangan otak.

Penggunaan pikiran yang terlalu berat ini, diduga menjadi salah satu pemicu Ida Pedanda mengalami sakit kepala berat.

Dikatakannya, dua hari lalu, Ida mengalami sakit kepala, dan Selasa (18/12/2019) pukul 18.00 Wita, sakit kepalanya di level parah, sehingga langsung memanggil dokter Puskesmas Payangan.

Saat itu, puskesmas menilai sakit kepala itu harus mendapatkan penanganan akurat, lalu Ida langsung dibawa ke RSUP Sanglah menggunakan ambulans puskesmas.

Saat di perjalanan, tepatnya di persimpangan By Pass Tohpati, Denpasar, ambulans sempat berhenti untuk memberikan napas bantuan.

Setelah kondisi Ida dinilai cukup membaik, perjalanan ke RSUP Sanglah dilanjutkan.

“Saat tiba di Sanglah, semua dokter ahli sudah siaga, penanganan terbaik sudah diberikan. Mungkin karena sudah umur, akhirnya beliau berpulang, Selasa pukul 20.00 Wita,” ujar IB Kesuma Yuda.

Kata dia, Ida Pedanda lebar di usianya yang ke 71 tahun.

Pihak keluarga sangat kehilangan, namun berusaha tetap tabah.

Hal itu dilakukan supaya atman Ida Pedanda bisa tenang menuju alam sana.

“Saat ini, layon sudah berada di griya, untuk prosesi pelebon, kami masih menunggu rapat semeton, setelah ada hasil rapat, nanti akan minta petunjuk ke Ida Pedanda Nabe,” ujarnya.

IB Kesuma Yuda mengungkap, selama hidupnya Ida Pedanda dikenal sebagai orang yang tidak bisa mengungkapkan isi perasaan.

Ketika beliau tidak suka pada satu hal, beliau memilih diam.

Karena itulah, tidak ada satupun yang mengetahui, apakah beliau mengalami sakit kepala karena kelelahan, atau ada faktor lain.

“Setiap hari selalu ada penangkilan, kemungkinan beliau capek.

Beliau memang tidak pernah mengeluh, kalau tidak suka pada sesuatu, beliau tidak utarakan, beliau lebih memilih diam agar tidak mengecewakan atau agar tidak membuat tidak enak perasaan orang,” ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved