Hari Natal dan Tahun Baru 2020
Tradisi Ngejot di Bali Jelang Hari Natal, Umat Kristen di Denpasar Bagikan Makanan ke Tetangga
Ngejot adalah tradisi Bali memberikan makanan kepada tetangga atau kerabat dekat sebagai wujud rasa persaudaraan.
Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM – Bali memiliki banyak tradisi yang bertujuan untuk mengharmoniskan hubungan antara manusia (pawongan), alam (palemahan), dan Sang Pencipta (parahyangan).
Orang Bali mengenal hubungan antar ketiganya itu dengan konsep Tri Hita Karana.
Dalam konteks pawongan atau hubungan antara manusia dengan manusia, orang Bali mengenal istilah menyama braya yang berarti menjunjung rasa persaudaraan.
Konsep persaudaraan ini berlaku untuk semua orang, tanpa terkecuali.
Salah-satu tradisi yang mencerminkan konsep menyama braya adalah tradisi ngejot.
Ngejot adalah tradisi Bali memberikan makanan kepada tetangga atau kerabat dekat sebagai wujud rasa persaudaraan.
Biasanya, tradisi ngejot dilaksanakan saat seseorang memiliki hajatan adat atau ketika hari raya tiba.
Tradisi ngejot tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali.

Menjelang Hari Natal 2019 seperti sekarang, umat Kristen di Bali juga melaksanakan tradisi ngejot.
Di Piling Kanginan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, ngejot dilakukan antara umat Kristen dan Hindu.
Tradisi ini merupakan wujud toleransi beragama antara warga yang beragama Hindu dengan warga Kristen di sana.
Ngejot di desa Piling Kanginan oleh warga Hindu kepada warga Kristen dilakukan setiap Hari Raya Galungan tepatnya pada penampahan Galungan.
Sedangkan tradisi ngejot oleh warga Kristen kepada warga Hindu dilakukan saat perayaan Natal.
Tradisi yang sama juga dilakukan oleh warga nasrani di Jalan Danau Beratan, Sanur, Denpasar.