Tarif Cukai Rokok Naik, Benarkah Rokok Alternatif Selain Vape Ini Risikonya Lebih Kecil?

IQOS berbeda dengan rokok tradisional, vape, atau pod yang menghasilkan asap sehingga mengganggu orang terdekat yang tidak merokok.

Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
pixabay.com
Ilustrasi - Rokok alternatif bernama IQOS yang cara kerjanya tembakau tidak dibakar, melainkan dipanaskan dalam suhu 350 derajat Celcius. Perangkat Heatsticks ini berbentuk seperti bagian luar pulpen, dengan lubang di tengah untuk rokok. 

TRIBUN-BALI.COM – Kenaikan tarif cukai rokok sebesar 23 persen oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menjadi perbincangan hangat di kalangan perokok.

Tak sedikit perokok yang menyatakan akan berhenti merokok jika harganya mencapai Rp 50 ribu per bungkus.

"Ya saya kan setia (pakai Marlboro). Kalau nanti harga rokok sudah sampai Rp 50 ribu lebih mungkin saya mulai berpikir untuk tidak merokok lagi," kata seorang perokok aktif di Bali, Rizal Fanany.

Kenaikan cukai rokok memang diprediksi dapat mengurangi jumlah pembeli rokok di tahun 2020.

Ingat Bukan Hanya Harga Rokok, Tarif Iuran BPJS Kesehatan Juga Naik, Ini Rinciannya

Awal Tahun 2020 Harga Rokok Naik, Perokok di Bali: Kalau Sampai Rp 50 Ribu Berhenti

Tarif Cukai Rokok Naik 2020, Para Perokok Wajib Tahu Soal Pajak Dan Harga Jual Eceran Terbaru

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Soesono.

"Ya bakal kurang (pembelinya), tapi untuk pengurangannya berapa persen belum bisa dipastikan," kata Soeseno sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Selasa (31/12/2019).

Namun demikian, untuk memastikan tingkat penurunan pembeli rokok, menurut Soeseno butuh waktu mengingat kenaikan harga rokok baru saja ditetapkan awal tahun ini.

"Nanti Agustus-September itu baru nanti mulai terlihat, kira-kira Januari sampai Agustus ini bagaimana dampak penjualan rokoknya," kata Soeseno.

IQOS: Rokok Alternatif?

Berhenti merokok adalah hal yang tidak mudah bagi mereka yang sudah terlanjur kecanduan menghisap batangan yang mengandung zat Tar dan nikotin itu.

Sejak beberapa tahun terakhir, banyak produk tembakau alternatif yang beredar di pasaran yang ditujukan agar orang meninggalkan rokok tradisional dan beralih pada tembakau alternatif tersebut.

Produk rokok alternatif yang dimaksud bukanlah Vape/Pod; melainkan disebut IQOS.

Dengan IQOS, tembakau tidak dibakar, melainkan dipanaskan dalam suhu 350 derajat Celcius.

Perangkat Heatsticks dengan nama IQOS ini berbentuk seperti bagian luar pulpen, dengan lubang di tengah untuk rokok.

Perangkat ini memanaskan rokok sampai 350 derajat celcius lalu mengeluarkan uap nikotin beraroma tembakau.

Nah, tidak seperti rokok elektrik lain yang biasanya menggunakan nikotin cair, Heatsticks menggunakan tembakau asli.

Produk tembakau alternatif seperti umumnya ini menggunakan alat bantu dengan keunggulan smoke-less (tanpa asap) alias uap.

Sehingga, IQOS berbeda dengan rokok tradisional, vape, atau pod yang menghasilkan asap sehingga mengganggu orang terdekat yang tidak merokok.

Menurut Paul Riley, President East Asia & Australia Region Philip Morris International, membakar tembakau adalah masalah, namun memanaskannya adalah solusi.

“Kami menghabiskan 10 tahun pengembangan sebelum akhirnya diluncurkan di Jepang pada 2015,” ujar Riley, dikutip dari Kompas.com.

Riley menyebut, di beberapa negara IQOS secara signifikan menurunkan jumlah perokok.

Selain itu, produk ini sudah memperoleh persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA), BPOM-nya Amerika Serikat.

Di Jepang, sekitar 50 persen produk yang dijual Philip Morris International adalah IQOS.

Ada pula sejumlah negara di mana IQOS ampuh menekan jumlah perokok, semisal Malaysia, Korea Selatan, dan Selandia Baru.

Riley mengungkapkan, Philip Morris International berfokus pada tiga hal yang menjadi kunci.

Pertama, jika konsumen tidak merokok, maka jangan mencoba untuk merokok.

Kedua, jika konsumen merokok, maka ia harus berhenti.

Ketiga, jika konsumen tidak berhenti merokok, maka ia harus mengganti rokok dengan perangkat lainnya.

Philip Morris masih akan mengetes potensi risiko rokok alternatif ini.

Namun mereka mengklaim, risikonya lebih kecil ketimbang menghisap rokok konvensional. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved