Cerita Misteri Sungai Yeh Panahan di Tabanan, Lokasi Siswa Tenggelam Ternyata Tempat Nganyud
Lokasi kejadian siswa kelas VII MTs Al Amin tenggelam itu diberi nama oleh warga setempat Tibu Pengerarungan atau tempat menghayutkan tulang manusia
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Selain pengerarungan, lokasi itu juga kerap digunakan untuk berbagai acara keagamaan seperti mecolongan atau upacara untuk bayi yang baru berumur 42 hari.
Suasana Sungai Yeh Panahan di Banjar Pangkung Prabu, Desa Delod Peken, Tabanan, Bali atau tempat tenggelamnya siswa bernama Dinas Sihabudin (13) tampak hening, Jumat (3/1/2019).
Alat bantu berupa bambu yang digunakan untuk evakuasi jenazah Dimas, Kamis (2/1/2019) masih ada di sana.
Dulu sepanjang aliran Sungai Yeh Panahan merupakan tempat mandi warga setempat.
Namun, seiring waktu berjalan terutama setelah dibangun perumahan dekat kawasan itu, warga tak lagi mandi di sungai ini.
• Ayah & Ibu di Tabanan Histeris Melihat Jasad Anaknya, Ini Kronologi Siswa Tenggelam di Yeh Panahan
• Lambaian Tangan Dimas di Sungai Yeh Panahan Jadi Pertanda Terakhir, Firasat Telah Dirasa Sejak Awal
• Sang Ibu Terus Memanggil Nama Anaknya yang Telah Dimasukkan ke Mobil Jenazah
Jro Mangku setempat yang dikenal dengan nama Jro Mangku Ulu menuturkan, lokasi kejadian siswa kelas VII MTs Al Amin tenggelam itu diberi nama oleh warga setempat Tibu Pengerarungan atau tempat menghayutkan tulang manusia setelah prosesi pengabenan.
Selain pengerarungan, lokasi itu juga kerap digunakan untuk berbagai acara keagamaan seperti mecolongan atau upacara untuk bayi yang baru berumur 42 hari.
"Di sana (TKP) namanya Tibu Pengerarungan atau biasa untuk menghanyutkan abu (tulang manusia) seusai proses ngaben di setra," tutur Jro Mangku Ulu, Jumat (3/1/2019).
Pemilik nama lengkap I Gede Nengah Rangkep Dhusak ini melanjutkan, kawasan tersebut memang disucikan oleh warga setempat.
Selain digunakan sebagai tempat upacara, juga ada Beji berbentuk bulakan.
Warga yang akan melakukan upacara di Tibu Pengerarungan pasti memohon restu dengan meminta tirta di Beji tersebut.
"Lokasi di Tibu Pengerangunan ini, secara umat Hindu memang kami sucikan. Selain itu, tempat ini kerap digunakan untuk beberapa prosesi upacara keagamaan," ucap Jro Mangku yang kini berusia 68 tahun.
Mengenai hal mistis di TKP, Jro Mangku mengatakan, lokasi kejadian itu ada yang menjaga.
Sebutan beliau adalah Ida Ratu Gede Sedan Pengerarungan, Ratu Mas dan Ratu Niang Sakti. Ketiganya merupakan penjaga lokasi tersebut.
"Secara niskala saya tidak tahu pasti, dan yang jelas saya juga belum pernah melihat secara langsung. Namun, rasa itu selalu ada (merasakan keberadaan beliau) dan saya mengetahui pesengan (nama) beliau," ujar Jro Mangku sembari mengucapkan doa meminta maaf telah menyebut nama beliau.