Bedah Novel Leak Tegal Sirah Karya Samar Gantang, Ungkap Kisah Korban Pembunuhan 1965 di Bali

Novel berisi kisah perwujudan leak seperti anjing hitam ekor panjang, bola api yang bertarung, tempat pembakaran mayat yang dihinggapi leak

Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/I putu Supartika
Bedah buku Leak Tegal Sirah di 

Menurut Ngurah Suryawan  hal itu adalah salah satu karakteristik orang Bali sebelum tahun 1965.

Namun setelah 1965 orang Bali cenderung kehilangan sikap progresif dan kekritisannya.

"Karakteristik kritis, progresif dan peduli sosial ada sebelum 1965, bagaimana guru dihormati.

Saat itu yang kritis adalah petani, sastrawan, budayawan, pemimpin politik. Belakangan pasca 1965 karakter kritis, agresif perlahan tidak ada lagi," katanya.

Samar Gantang mengatakan, awalnya dia berniat menyimpan saja naskah novel itu.

Namun karena  banyak yang mengatakan harus diterbitkan, maka dia pun memenuhinya.

"Ini saya tulis tangan dan saya tuliskan apa yang saya alami sendiri. Di wilayah saya 20 orang dibunuh tidak tahu apa-apa," katanya.

Menurut Samar Gantang, proses hingga terbitnya novel ini memakan waktu 19 tahun.

"Kenapa lama? Karena tulis tangan dan saya simpan. Tapi seri berikutnya satu tahun saya tuntaskan," katanya.

Dia menyebut akan ada dua seri novel lagi yang diterbitkan mengangkat kisah pembunuhan  1965.

Pada seri kedua akan berkisah tentang tameng (algojo).

"Akan ada lima tameng yang berbicara dalam novel seri kedua. Jagal Satak Tegal judulnya," katanya. Sedangkan seri ketiga mengangkat kisah nasib anak-anak korban pembantaian 1965  dan anak-anak para tameng. (i putu supartika)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved