Peternak Duga Isu ASF untuk Anjlokkan Harga Babi Jelang Galungan

"Menjelang Galungan, permintaan daging babi pasti tinggi. Ada saja isu-isu yang dihembuskan agar harga babi anjlok," ujar Suardika

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Kondisi peternakan babi di Dusun Uma Salakan, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung, Bali, Senin (20/1/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - I Made Suardika sedang sibuk membersihkan kandang babinya di Dusun Uma Salakan, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung, Bali, Senin (20/1/2020).

Ia mengaku tidak begitu resah dengan kasus kematian babi di Badung yang diduga akibat virus African Swine Afever (ASF) atau yang dikenal dengan flu babi Afrika.

Ia bahkan menduga, kematian babi akibat virus ASF itu sekadar isu yang sengaja dihembuskan agar harga daging babi anjlok menjelang Hari Raya Galungan.

"Saya yang ikut kelompok peternak babi, belum ada informasi terkait merebaknya virus itu di Bali. Mudah-mudahan saja tidak sampai ke Balilah," ujar Suardika.

Kepala BB Vet Duga Kematian Babi di Badung karena Cuaca, Masih Tunggu Hasil Pengujian di Medan

Ditemukan Tas dan Botol Minuman di Pinggir Tebing Pecatu Bali, Tim SAR Langsung Turun Tangan

Desa Adat Dapat Kucuran Rp 300 Juta, DPRD Bali Harap Tokoh Masyarakat Tidak Lakukan Pemekaran

Ia menduga merebaknya ASF, merupakan isu yang sengaja dihembuskan para tukang jagal agar harga babi hidup anjlok di pasaran.

Terlebih, saat ini menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

"Menjelang Galungan, permintaan daging babi pasti tinggi. Ada saja isu-isu yang dihembuskan agar harga babi anjlok," ungkapnya.

Mengantisipasi agar ternaknya tidak terserang penyakit, Suardika tetap mengedepankan kebersihan kandang babinya.

Setelah Aksi Klaim Natuna, China Marah Kapal Induk Amerika Berlayar di Selat Taiwan

Pendiri Lotte Group Meninggal Dunia, Awali Usaha dari Permen Karet hingga Jadi Konglomerat Korea

Kabar Terbaru Hasil Autopsi Lina, 15 Saksi Diperiksa, Respon Rizky Febian Tak Biasa

Setidaknya, untuk merawat ternak babinya, dia wajib memandikan ternaknya dua kali sehari.

Di samping itu, dia rutin juga mendatangkan dokter hewan, dan mengelola limbahnya dengan baik.

“Intinya kami terus pantau kesehatannya agar tidak terserang penyakit seperti sesak nafas dan stroke. Kami juga melarang orang untuk masuk sembarangan ke kandang agar tidak terkena virus,” tandasnya.

Dibandingkan dengan isu ASF, dirinya lebih diresahkan dengan terus melambungnya harga pakan babi di pasaran.

Suardika mengatakan saat ini dia memiliki indukan babi sebanyak 100 ekor.

Masih Marak, Berikut Data Kasus Pembuangan Bayi di Bali 2018-2019

Per bulan dia bisa menjual 80 sampai 90 ekor babi dengan berat di atas 100 kilogram.

Namun untuk pakan ternak, biaya yang dihabiskan tidak sedikit.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved